Kerugian PT Indofarma Tbk (INAF) perlahan mulai menyusut. Hingga akhir September 2025, angka ruginya tercatat Rp127 miliar turun cukup signifikan dari posisi Rp166,48 miliar sebelumnya. Ini jadi secercah harapan bagi emiten farmasi pelat merah itu yang kinerjanya sempat terpuruk.
Upaya perbaikan memang sedang digenjot. Menurut Direktur Utama INAF, Sahat Sihombing, perusahaan kini fokus pada pengendalian biaya secara ketat. Target utamanya ada di dua area: biaya produksi dan sumber daya manusia.
“Optimalisasi kami lakukan melalui program penataan dan penguatan SDM untuk memastikan proses produksi berjalan lebih efisien, sekaligus meningkatkan output yang dihasilkan,”
ujar Sahat dalam paparan Public Expose, Kamis lalu.
Efisiensi yang dimaksud bukan sekadar pemangkasan biaya secara brutal. Lebih dari itu, langkahnya berupa penataan ulang dan peningkatan kualitas SDM yang ada. Harapannya jelas: produktivitas naik, tapi struktur biaya justru jadi lebih sehat.
Di sisi lain, INAF juga memperketat pengendalian biaya operasional dan harga pokok penjualan. Caranya? Dengan membenahi proses bisnis dan meningkatkan efisiensi di sepanjang rantai pasok. Selama ini, rantai pasok yang kurang efisien kerap jadi biang kerok menipisnya margin perusahaan.
Struktur organisasi pun tak luput dari pembenahan. Desainnya dibuat lebih ramping, agar lebih lincah dan sesuai dengan realitas bisnis serta kondisi industri farmasi saat ini.
Artikel Terkait
Efisiensi Bawa Angin Segar, Laba Kotor Merdeka Battery Melonjak 22%
Laba Industri China Terjun Bebas, Deflasi dan Permintaan Lemah Jadi Beban Ganda
Tongkang Raksasa ALII Terseok, Volume Angkut Anjlok Lebih dari 50%
Di Balik Liburan, Kereta Petani dan Pedagang Tetap Jadi Nadi Ekonomi Rakyat