Dampaknya terasa nyata. Indari nggak cuma dapat pelatihan atau bantuan mengkurasi produk. Dia juga mendapat akses ke promosi yang lebih terarah dan kesempatan ikut pameran. Untuk urusan transaksi sehari-hari, dia mengandalkan BRImo dan QRIS BRI.
"Layanan digitalnya bikin pengelolaan keuangan usaha jadi praktis banget. Efisien, terutama pas lagi ikut bazar," ungkapnya.
Kini, La Suntu Tastio sudah punya sepuluh pekerja dan terus melebarkan sayapnya ke pasar nasional. Kekuatan produknya bukan cuma pada desainnya yang apik, tapi juga pada nilai budaya yang tersirat di setiap helai tenun yang digunakan.
Cerita kemajuan ini, tentu saja, nggak lepas dari peran Rumah BUMN. Programnya nggak sekadar memberi pelatihan teknis, tapi juga menciptakan ekosistem yang mendorong kolaborasi dan inovasi.
Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya, melihat kesuksesan La Suntu Tastio sebagai cerminan dari kerja nyata.
Dia bilang, ini contoh konkret transformasi UMKM ketika mereka mendapat akses pemberdayaan yang relevan dan tepat sasaran, termasuk dukungan layanan digital.
"Rumah BUMN itu bukan cuma tempat pelatihan biasa. Ia adalah simpul pemberdayaan jangka panjang yang dirancang untuk mencetak UMKM tangguh dan punya daya saing. Ke depannya, BRI akan terus memperkuat infrastruktur ini agar makin banyak UMKM di Indonesia yang bisa naik kelas," jelas Akhmad.
Artikel Terkait
Efisiensi Bawa Angin Segar, Laba Kotor Merdeka Battery Melonjak 22%
Laba Industri China Terjun Bebas, Deflasi dan Permintaan Lemah Jadi Beban Ganda
Tongkang Raksasa ALII Terseok, Volume Angkut Anjlok Lebih dari 50%
Di Balik Liburan, Kereta Petani dan Pedagang Tetap Jadi Nadi Ekonomi Rakyat