Kalau dilihat sepanjang tahun, kinerja mereka luar biasa. Emas sudah naik sekitar 70 persen. Perak? Bahkan lebih gila, melesat lebih dari 150 persen. Keduanya berpeluang meraih tahun terbaik sejak 1979, hampir setengah abad yang lalu.
Reli ini tentu punya penopang. Bank-bank sentral membeli dengan agresif, dana mengalir deras ke ETF logam mulia, dan The Fed sudah tiga kali memangkas suku bunga. Suasana suku bunga rendah itu bagai pupuk bagi emas dan perak, yang memang tidak menawarkan bunga.
Dan pasar masih berharap akan ada pemotongan lagi di tahun 2026.
Jangan lupakan platinum. Logam ini ikut-ikutan cetak rekor, naik lebih dari 40 persen hanya dalam sebulan dan menembus USD 2.400. Level setinggi itu belum pernah terjadi sejak Bloomberg mulai mencatat data di tahun 1987. Pemicunya sederhana: permintaan fisik kuat, sementara pasokan global defisit karena gangguan produksi di Afrika Selatan.
Pada penutupan perdagangan terakhir, semua masih bersinar. Emas menguat 0,6% ke posisi USD 4.504,19. Perak naik 4% ke USD 74,73. Platinum melonjak 6,5% ke USD 2.403,17. Palladium juga ikut merangkak naik 4,5%.
Semuanya hijau. Semuanya mencetak sejarah.
Artikel Terkait
Pasar Asia Tutup Tahun dengan Saham dan Emas Cetak Rekor Baru
Udang Beku Indonesia Ditarik FDA, KKP Sebut Kasus Lama yang Kembali Ramai
Dua Provinsi Baru Papua Tembus Papan Atas UMP 2026, Jakarta Tetap Puncaki Daftar
Aceh Bekukan Kenaikan UMP 2026, DKI Jakarta Tembus Rp5,7 Juta