"Tingkat tarif 0 akan dinaikkan dalam 18 bulan pada tanggal 23 Juni 2027 menjadi tarif yang akan diumumkan paling lambat 30 hari sebelum tanggal tersebut,"
tambah USTR dalam pengumuman yang sama. Sampai saat ini, belum ada penjelasan resmi mengapa mereka memilih untuk menunda selama itu.
Penyelidikan ini sendiri punya latar belakang politik yang menarik. Prosesnya dimulai di akhir masa jabatan Presiden Joe Biden, dan tetap dilanjutkan setelah Donald Trump mengambil alih kursi kepresidenan pada Januari. Trump bukanlah pemain baru dalam perang tarif; gaya agresifnya sudah terlihat dari kebijakannya terhadap sektor baja, otomotif, dan industri strategis lain.
Di sisi lain, laporan USTR itu menggambarkan kebijakan China yang dinilai semakin agresif. Mereka menyebut Beijing menerapkan "kebijakan non-pasar yang menyeluruh" untuk mendominasi industri chip. Caranya? Melalui dukungan negara yang masif ke perusahaan swasta, plus praktik ketenagakerjaan yang diduga menekan upah buruh.
Memang, hubungan dagang kedua raksasa ini seperti rollercoaster. Setelah memanas dan nyaris eskalasi penuh di musim semi lalu, AS dan China akhirnya sepakat untuk gencatan senjata. Keputusan menunda tarif ini, entah disengaja atau tidak, setidaknya menjaga agar ketegangan tidak langsung meledak lagi.
Artikel Terkait
Liburan Akhir Tahun Hemat 30%, BCA Buka Diskon Tiket Desa Wisata
Kejagung Suntik Rp 4,2 Triliun Hasil Korupsi ke APBN, Defisit Ditekan
DPR Desak KRL Merambah ke Karawang dan Cikampek
Bakti BCA dan TNI Bangun Sumur Bor dan Salurkan Bantuan ke Warga Hutagodang