Tapi jangan salah. Tekanan untuk turun dalam-dalam dinilai tidak besar. Faktor pendukung dari skala global masih cukup kuat untuk menopang harga.
Misalnya, ketegangan geopolitik antara AS dan Venezuela yang belum reda. Permintaan dari sektor industri dan investasi juga tetap solid. Dua hal ini menjadi penyangga yang cukup berarti bagi logam mulia.
Saat ini, emas diperdagangkan di kisaran USD4.350 per ons sekali lagi, mendekati level puncak Oktober lalu.
Penguatan terakhir ini didorong oleh rilis data inflasi AS yang ternyata lebih lemah dari perkiraan banyak pihak. Data itu memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS akan melanjutkan pemotongan suku bunga di bulan-bulan mendatang. Suasana seperti inilah yang biasanya membuat emas bersinar.
Artikel Terkait
ELPI Kantongi Kontrak Rp2,39 Triliun untuk Dukung Proyek FLNG Genting
Bank Mandiri Gelontorkan Dividen Interim Rp 9,3 Triliun di Awal 2026
PANI Terjun Usai Rights Issue, Tapi Pintu MSCI Sudah Terbuka
Harga Sembako Masih Mengganjal di Pasar Jakarta Timur Jelang Nataru