Saham-saham di Wall Street kembali terperosok dalam aksi jual pada sesi Selasa (18/11), memperpanjang tren negatif yang dipicu oleh ketegangan jelang rilis laporan kuartal Nvidia. Kinerja raksasa chip ini dianggap sebagai ujian nyata bagi kelangsungan euforia kecerdasan buatan (AI) di tengah kekhawatiran valuasi pasar yang sudah kepayangan.
Indeks patokan AS tercatat merosot tajam. Dow Jones Industrial Average ambles 498,56 poin, atau setara 1,07 persen, ke level 46.091,68. Indeks S&P 500 menyusut 55,08 poin (0,83 persen) menjadi 6.617,33, sementara Nasdaq Composite, yang sarat dengan saham teknologi, tergelincir lebih dalam 275,23 poin (1,21 persen) ke posisi 22.432,85.
Tekanan jual membayangi ketiga indeks utama tersebut, seiring dengan menguatnya harga aset safe haven seperti emas dan melemahnya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Baik S&P 500 maupun Dow telah mencatatkan penurunan selama empat hari berturut-turut, dengan S&P 500 terkikis 3,4 persen sepanjang periode tersebut.
Seluruh perhatian terpusat pada laporan keuangan Nvidia yang dijadwalkan hari ini, Rabu (19/11). Laporan itu dinilai akan menjadi barometer apakah rally saham berbasis AI masih memiliki bahan bakar atau justru mendekati fase gelembung. Di sisi lain, pesimisme juga datang dari ritel, setelah Home Depot memproyeksikan penurunan laba tahunan yang lebih buruk dari perkiraan, memantik kekhawatiran atas kondisi pasar perumahan dan ketahanan konsumen AS.
"Investor mulai merasakan perubahan suasana pasar. Mereka tidak ingin terlalu agresif di sektor teknologi kalau ternyata Nvidia tidak memenuhi ekspektasi," ujar Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services, mengomentari sentimen pasar. Ia menambahkan, setelah setahun yang gemilang, banyak investor teknologi kini memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka.
Di tengah gejolak pasar, data ekonomi AS mulai mengalir kembali setelah sebelumnya tertunda akibat penutupan pemerintah sementara. Departemen Perdagangan melaporkan pesanan barang manufaktur AS pada Agustus naik 1,4 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Gelombang jual tidak hanya terjadi di AS. Pasar saham Eropa ditutup pada level terendah dalam satu bulan, dengan indeks Jerman bahkan menyentuh titik terendah dalam hampir lima bulan. Kekhawatiran atas valuasi sektor teknologi dan memudarnya harapan pemotongan suku bunga The Fed pada Desember menjadi pemicu utama.
Artikel Terkait
ADB Suntik Rp 7,86 Triliun untuk Pacu Transisi Energi Bersih Indonesia
Trump Persempit Daftar Calon Ketua The Fed, Pengumuman Akhir Tahun Diambang
Suzuki Gasak Pasar ASEAN, Ekspor Fronx dan Satria Rambah 180.000 Unit
Dolar Stagnan di Puncak Tertinggi Sepekan, Pasar Berbalik ke Safe Haven