Misalnya, jika sistem menemukan emosi yang ekstrem atau pola perilaku adiktif, penyedia layanan harus segera mengambil langkah penanganan. Tidak boleh diam saja.
Tanggung jawabnya pun dibebankan sepenuhnya kepada perusahaan penyedia, dan itu berlaku sepanjang siklus hidup produk. Artinya, mereka harus membangun sistem untuk meninjau algoritma secara berkala, menjaga keamanan data, dan tentu saja melindungi informasi pribadi pengguna dengan sungguh-sungguh.
Selain soal keamanan pengguna, aturan ini juga menetapkan batas-batas yang tegas untuk konten dan perilaku AI itu sendiri. Layanan dilarang keras menghasilkan materi yang mengancam keamanan nasional, menyebarkan rumor, atau mempromosikan kekerasan dan pornografi. Garisnya jelas, tidak ada toleransi.
Jadi, bisa dibilang China sedang berusaha mengimbangi laju inovasi teknologi dengan pagar pengaturan yang kokoh. Mereka tak ingin perkembangan AI, sekeren apa pun, menciptakan masalah baru di masyarakat.
Artikel Terkait
Planetarium Jakarta Kembali: Nostalgia atau Kebutuhan Kota yang Lapar Kontemplasi?
Konsumen Tahan Beli Gadget, Menunggu Harga Turun di Tengah Kelangkaan RAM
Badai Salju di Atacama: Gurun Terkering Bumi Berubah Jadi Hamparan Putih
Kucing Kepala Datar, Spesies yang Dikira Punah, Muncul Kembali di Thailand Setelah 30 Tahun