Dengan memanfaatkan data selama lebih dari tiga dekade, para peneliti kemudian membuat proyeksi ke depan. Hasilnya suram: pada 2050, dunia bisa menghadapi 30,5 juta diagnosis baru dan 18,6 juta kematian setiap tahun. Itu hampir dua kali lipat angka saat ini.
Pertumbuhan dan penuaan populasi memang berperan, tapi gaya hidup, urbanisasi, dan kualitas lingkungan turut mendongkrak paparan risiko. Tanpa intervensi besar-besaran, tren mengerikan ini akan terus berlanjut.
Menghadapinya butuh langkah komprehensif, bukan sekadar tempelan. Investasi pada deteksi dini adalah kunci. Skrining untuk kanker payudara, serviks, dan kolorektal sudah terbukti menyelamatkan nyawa, namun masih jadi barang mewah di banyak wilayah.
Pengendalian tembakau, regulasi udara bersih, pencegahan obesitas, dan perlindungan pekerja adalah langkah-langkah berbasis bukti yang mendesak untuk diperkuat. Sistem kesehatan juga harus diperluas secara signifikan dari ketersediaan laboratorium patologi, tenaga onkologi, hingga obat yang terjangkau.
Data berkualitas tinggi menjadi fondasi yang tak bisa diabaikan. Tanpa registri kanker yang kuat, sebuah negara ibarat berjalan dalam gelap; sulit merencanakan kebijakan atau mengukur kemajuan.
Yang juga patut dicatat, kanker kini semakin sering menyerang usia produktif. Di banyak tempat, orang muda didiagnosis penyakit yang dulu identik dengan usia tua. Dampaknya meluas ke segala lini: pendidikan, pekerjaan, kehidupan sosial, dan keuangan. Dalam sekejap, kanker berubah dari sekadar persoalan medis menjadi krisis sosial yang kompleks.
Namun begitu, Niranjan menegaskan bahwa masa depan belum pasti.
“Proyeksi kami adalah peringatan, bukan kepastian. Pembuat kebijakan, komunitas, dan masyarakat masih punya kesempatan untuk memengaruhi wajah dunia pada 2050,” paparnya.
Pilihan ada di tangan kita sekarang.
Artikel Terkait
Sistem Pensiun Bayar Langsung: Tradisi Terhormat yang Mulai Ditinggalkan Zaman
Telkomsel Raih Tiga Piala Global, Jaringan di Nias hingga Tangki Jadi Sorotan
Galaxy Z Flip7 Jadi Studio Saku Andalan Pebisnis Online
Galaxy Z TriFold: Saat Ponsel Lipat Tiga Berubah Jadi Laptop Mini