“Pertamina tidak hanya membangun pembangkit, tetapi membangun ekosistem. Melalui PLTS yang dikelola koperasi, kami ingin memastikan energi bersih menjadi pengungkit kesejahteraan masyarakat,” kata Simon.
Dia menjelaskan, listrik yang andal dari Pertamina NRE ini akan secara langsung meringankan beban nelayan. Biaya operasional bisa ditekan, hasil tangkapan bisa disimpan lebih lama, dan peluang usaha baru pun bermunculan di tingkat desa. Semuanya berputar bersama.
Peluncuran itu juga dimatangkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina NRE dan Kementerian Koperasi. MoU itu menjadi payung hukum untuk pengembangan kerjasama serupa di masa depan.
Respon masyarakat? Sangat positif. Mereka yang merasakan langsung kesulitan tanpa listrik andal menyambut program ini dengan penuh harap.
“Semoga program ini bisa kami jalankan dengan baik, dan bermanfaat untuk ekonomi masyarakat,” ujar Karzaman, salah seorang warga Pulau Sembur.
Ke depan, proyek di Pulau Sembur Laut ini diharapkan jadi contoh nyata. Contoh bagaimana kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat akar rumput bisa bekerja. Tujuannya bukan cuma menyalakan lampu, tetapi juga menguatkan ekonomi desa dan memperkenalkan praktik energi bersih sebagai langkah konkret menuju target NZE 2060. Harapannya, terang yang kini menyala di Batam, bisa menyebar ke banyak tempat lain.
Artikel Terkait
Tahun Baru di Jakarta: Drone Gantikan Kembang Api, DMasiv Nyanyikan Jangan Menyerah
Jembatan Ekonomi Baru: Indonesia Resmi Sepakati Perdagangan Bebas dengan Blok Eurasia
Kecelakaan Maut di Semarang: Gagal Adaptasi Kecepatan Jadi Biang Keladi
Setelah 15 Tahun, Jepang Siap Hidupkan Raksasa Nuklir Terbesar di Dunia