Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: Simbol Rekonsiliasi dan Kedewasaan Politik
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto, dinilai dapat menjadi simbol rekonsiliasi nasional dan bukti kedewasaan politik bangsa Indonesia. Pandangan ini disampaikan oleh akademisi IAIN Gorontalo, Dr. Sahmin Madina, menanggapi polemik yang muncul terkait pemberian gelar tersebut.
Menjawab Penolakan Gelar Pahlawan untuk Soeharto
Pernyataan Sahmin Madina ini muncul setelah adanya penolakan dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menyoroti luka sejarah masa lalu sebagai alasannya. Menurut Sahmin, penolakan semacam ini justru mengindikasikan bahwa sebagian elite politik bangsa belum sepenuhnya berdamai dengan sejarah mereka sendiri.
"Kalau luka sejarah terus dijadikan alasan politik, kita akan sulit maju. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang berani mengakui masa lalunya, baik sisi gelap maupun cemerlangnya," tegas Sahmin dalam keterangannya.
Penilaian Objektif atas Kontribusi Soeharto
Sahmin menekankan pentingnya menilai sosok Soeharto secara objektif, bukan emosional. Dia mengakui bahwa memang ada catatan kelam dalam kepemimpinan Soeharto, namun tidak bisa dipungkiri adanya jasa besar dalam membangun fondasi ekonomi, ketahanan pangan, dan stabilitas nasional Indonesia.
"Soeharto adalah bagian penting dari perjalanan sejarah Indonesia. Ada catatan kelam, iya, tapi juga ada jasa besar dalam membangun fondasi ekonomi, pangan, dan stabilitas nasional," jelasnya.
Artikel Terkait
Pilkada Lewat DPRD: Dalih Penghematan atau Akal-Akal Elite?
Pengakuan Yusril: Mundur Demi Gus Dur, Rekonsiliasi Diam-Diam di Balik Pemilu Presiden 1999
Adik Prabowo Bantah Isu Lahan Sawit, Sebut Fitnah dari Pelaku Perusak Lingkungan
Kader PDIP Ditegur Keras Usai OTT KPK: Jangan Mencla-Mencle!