Bonnie memberikan contoh konkret mengenai situasi pada masa itu. "Dahulu memang tidak ada media sosial, tetapi kalau kritik, dianggap kritiknya subversif, mengganggu, dan menurut tafsiran penguasa, dia bisa ditangkap, bahkan hilang. Itu fakta sejarah," jelasnya.
Pentingnya Melihat Sejarah Secara Utuh
Mantan Pemimpin Redaksi Historia ini menekankan perlunya melihat fakta sejarah secara komprehensif dalam menilai wacana pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto. Ia membandingkan situasi masa lalu dengan kondisi saat ini. "Kalau bicara soal kebebasan berekspresi, sekarang mau ngomong apa saja di media sosial, diperbolehkan," kata Bonnie.
Meski mengakui Soeharto sebagai tokoh bangsa, Bonnie menegaskan bahwa mantan Pangkostrad itu juga adalah pelaku sejarah. Ia mengingatkan kembali tentang luka sejarah yang terjadi sebagai akibat dari pemerintahan Soeharto, termasuk pada masa reformasi.
Bonnie mengilustrasikan kondisi tersebut dengan menyatakan, "Krisis tahun 1997-1998 itu menunjukkan bahwa apa yang dibangun selama puluhan tahun itu hanya seperti raksasa berkaki lempung, tidak kuat menyangga."
Artikel Terkait
Pilkada Lewat DPRD: Dalih Penghematan atau Akal-Akal Elite?
Pengakuan Yusril: Mundur Demi Gus Dur, Rekonsiliasi Diam-Diam di Balik Pemilu Presiden 1999
Adik Prabowo Bantah Isu Lahan Sawit, Sebut Fitnah dari Pelaku Perusak Lingkungan
Kader PDIP Ditegur Keras Usai OTT KPK: Jangan Mencla-Mencle!