Ia yakin, respons spontan masyarakat ini adalah bukti nyata. Martabat bangsa masih bisa diselamatkan oleh sederet perbuatan baik yang tak terhitung jumlahnya. Inilah antitesis dari keserakahan.
Pesan untuk 2026: Menghadirkan Pengharapan
Menutup pesan Natalnya, Kardinal Suharyo mengajak semua orang memilih jalan berbeda. Lawan arus materialisme dan korupsi yang menggurita. Ajakan itu dimulai dari unit terkecil masyarakat: keluarga.
Ia mendorong setiap keluarga untuk menjadi "keluarga yang rajin berbuat baik." Itulah cara paling konkret untuk memanusiawikan dunia yang kadang terasa dingin ini.
"Semakin banyak ragam berbuat baik, semakin banyak pula tanda-tanda pengharapan yang kita hadirkan di tengah-tengah dunia," tegasnya.
Pesan Natal tahun ini terasa seperti refleksi yang dalam. Memang, bayang-bayang luka korupsi masih panjang. Tapi ketulusan masyarakat menolong sesama saat bencana, itu modal berharga. Modal untuk melangkah ke tahun 2026 dengan harapan yang tak mudah padam.
Artikel Terkait
Bendera Bulan Bintang Berkibar, Aksi Warga Aceh Tuntut Penanganan Banjir Ditetapkan Bencana Nasional
UMP Jabar 2026 Naik Tipis, Bekasi Kokoh di Puncak dengan Upah Rp 6 Juta
Pohon Natal dari Karung Beras dan Batok Kelapa: Simbol Harmoni di Depan Istiqlal
Bendera Merah Putih Dilecehkan, Artis Dewasa Picu Kemarahan di Depan KBRI London