Krisis Air Teheran: Presiden Iran Ancam Evakuasi Ibu Kota Akibat Kekeringan

- Sabtu, 08 November 2025 | 01:40 WIB
Krisis Air Teheran: Presiden Iran Ancam Evakuasi Ibu Kota Akibat Kekeringan

Krisis Air di Teheran: Presiden Iran Peringatkan Kemungkinan Evakuasi Ibu Kota

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengeluarkan peringatan serius mengenai krisis air yang mengancam ibu kota Teheran. Ia menyatakan bahwa jika hujan tidak turun sebelum akhir tahun, kota berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa ini terancam kekurangan air dan berpotensi menghadapi skenario evakuasi.

Peringatan Resmi dari Presiden Pezeshkian

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pemerintah, Presiden Pezeshkian mengungkapkan timeline kritis yang dihadapi Teheran. "Jika tidak turun hujan, kita harus mulai menjatah air di Teheran antara akhir November dan awal Desember," ujarnya. Ia menambahkan peringatan yang lebih mengkhawatirkan, "Bahkan jika kita menjatahnya dan hujan masih belum turun saat itu, kita akan kehabisan air, kita harus mengevakuasi Teheran." Meski demikian, detail lebih lanjut mengenai rencana evakuasi massal tersebut belum dijelaskan.

Data dan Kondisi Waduk yang Mengkhawatirkan

Peringatan presiden ini didukung oleh data yang memprihatinkan. Behzad Parsa, direktur perusahaan air regional, melaporkan bahwa persediaan air di waduk utama yang melayani Teheran hanya tersisa untuk dua minggu ke depan. Situasi ini diperparah oleh laporan dari Kantor Berita Tasnim yang menunjukkan tingkat curah hujan Iran tahun ini hanya 152 milimeter, atau mengalami penurunan drastis sebesar 40 persen dibandingkan rata-rata 57 tahun.

Dampak Kekeringan Parah dan Langkah Penanggulangan

Iran saat ini sedang menghadapi salah satu kekeringan terburuk dalam beberapa dekade. Penurunan curah hujan yang tajam dan berkurangnya aliran air dari bendungan telah memperparah krisis. Sebagai langkah konservasi, pihak berwenang telah memutus pasokan air di beberapa wilayah Teheran dalam beberapa bulan terakhir. Pemadaman listrik juga sering terjadi, yang memuncak dengan ditetapkannya dua hari libur nasional pada Juli dan Agustus lalu untuk menghemat air dan energi di tengah gelombang panas yang parah.

Komentar