Prof. Uril Baharudin menekankan pentingnya peningkatan kualitas pesantren, khususnya dalam penguasaan bahasa Arab dan standardisasi kurikulum antar pesantren. "Rata-rata kelemahan pesantren kita justru pada penguasaan bahasa Arab. Padahal itu adalah ruh dari pesantren," ujarnya. Dia mendorong sinergi antar forum pesantren untuk membangun ekosistem dakwah kultural yang kuat dan mencegah pengurangan mata kuliah bahasa Arab di madrasah maupun perguruan tinggi.
Ideologi Pesantren untuk Kemajuan Bangsa
Muslih Abdul Karim menegaskan peran sentral santri sebagai penerus sejarah dan pilar kemajuan bangsa. Dia mendorong pesantren untuk mengamalkan dua ideologi fundamental: Ideologi Al-Ma'un dan Ideologi Nubuwwah yang mengajarkan santri menjadi pelayan umat dan memprioritaskan memberi ketimbang meminta. Muslih juga menyerukan pentingnya menumbuhkan rasa kepemilikan kolektif terhadap MPDI sebagai kunci kemandirian pesantren.
Kemandirian Pesantren Menghadapi Tantangan Zaman
Prof. Satori Ismail menekankan pentingnya pesantren meneguhkan kembali nilai kemandirian sebagai salah satu panca jiwa pesantren. Kemandirian tidak hanya mencerminkan ajaran Islam tentang tanggung jawab dan ketekunan, tetapi juga menjadi kunci keberhasilan lembaga pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan sinergi dan pemikiran cerdas dari berbagai kalangan, cita-cita kemandirian pesantren di berbagai bidang dapat terwujud secara nyata dan berkelanjutan.
Semua pihak sepakat bahwa memperkuat pesantren berarti memperkuat fondasi Indonesia yang berkeadaban dan berkemajuan, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Artikel Terkait
Kerja Sama Indonesia-Inggris di COP30: Perkuat Tata Kelola Karbon & Pembangunan Rendah Karbon
Gubernur Banten Andra Soni Jemput Korban Perampokan Baduy, Tawarkan Rumah Singgah
Bahlil Lahadalia: Jasa Soeharto & Usulan Gelar Pahlawan Nasional
Krisis Air Teheran: Presiden Iran Ancam Evakuasi Ibu Kota Akibat Kekeringan