Jeffrey Sachs & Asta Cita: Strategi Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2045

- Senin, 03 November 2025 | 10:10 WIB
Jeffrey Sachs & Asta Cita: Strategi Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2045

Indonesia saat ini sedang membayar ongkos peradabannya dengan membangun infrastruktur dari desa ke kota, menata ulang rantai industri, memperkuat koperasi dan UMKM, serta menyiapkan generasi emas. Namun, ongkos terbesar adalah ongkos integritas—memastikan semua proses berjalan dengan kejujuran, empati, dan tanggung jawab terhadap masa depan.

Membangun Indonesia yang Beradab, Bukan Hanya Maju

Seperti dikutip dari Sachs, "Masyarakat yang beradab tidak diukur dari kekayaannya, tetapi dari keadilan institusinya dan kepedulian warganya." Pelajaran ini sangat penting bagi Indonesia yang sedang tumbuh. Kesejahteraan tanpa keadilan hanya akan melahirkan kerapuhan baru.

Pembangunan bangsa bukanlah sprint, melainkan maraton peradaban. Kita tidak hanya membangun jalan, pelabuhan, dan jembatan, tetapi juga membangun manusia Indonesia—membangun kepercayaan, etos kerja, dan semangat gotong royong di tengah arus globalisasi yang individualistik.

Peradaban yang kokoh tidak lahir dari pasar yang bebas, tetapi dari masyarakat yang peduli. Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, kepedulian ini harus menjadi pusat gravitasi pembangunan.

Kesimpulan: Pembangunan yang Menimbang Nurani

Ongkos peradaban memang mahal, tetapi lebih mahal lagi jika kita memilih untuk tidak membayarnya. Tanpa integritas, kesabaran, dan keberanian moral, kita hanya akan membangun kemajuan yang hampa—gedung-gedung tinggi yang berdiri di atas fondasi yang rapuh.

Pada akhirnya, pembangunan bangsa yang sejati tidak hanya menghitung untung rugi, tetapi menimbang nurani. Kemajuan Indonesia tidak akan ditentukan oleh besarnya anggaran, tetapi oleh keluhuran nilai yang dipegang teguh. Tujuannya adalah jelas: menjadikan Indonesia bukan hanya negara yang maju, tetapi bangsa yang beradab.

Fithra Faisal Hastiadi, Ph.D. Ekonom Senior, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan.


Halaman:

Komentar