“Saya tidak bisa begitu saja pergi dan minta jadi presiden,” katanya dengan singkat.
Suasana di tempat pemungutan suara Zeyathiri, yang didirikan di kompleks kediaman resminya, terasa sangat berbeda dengan hiruk-pikuk ibu kota pada umumnya. Naypyidaw memang kota yang luas, tapi sering kali terasa sepi. Di aula berhiaskan emas itu, jenderal bertubuh mungil itu tercatat sebagai pemilih pertama. Dia datang bersama sejumlah perwira tinggi dan pejabat pemerintah lainnya.
Mayoritas dari mereka mengenakan pakaian sipil, termasuk Min Aung Hlaing sendiri. Hanya istri-istri mereka yang tampil dengan pakaian formal, memberikan kontras yang menarik di tengah kerumunan.
Di sisi lain, peta politik dalam pemilu ini terlihat sangat tidak seimbang. Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang dikenal pro-militer diprediksi akan meraih kemenangan besar, menjadi kelompok terkuat di parlemen. Sementara itu, Liga Nasional untuk Demokrasi partai pimpinan Aung San Suu Kyi yang pernah memenangkan pemilu 2020 sudah dibubarkan. Partai pemenang Nobel itu bahkan tidak ikut serta dalam kontes kali ini.
Artikel Terkait
Kapal Wisata Tenggelam di Labuan Bajo, Pelatih Valencia dan Tiga Anaknya Masih Hilang
Dosen ASN Meludahi Kasir, Sidang Disiplin dan Panggilan Polisi Menanti
Nenek 80 Tahun Diusir Paksa, Akta Jual Beli Muncul Usai Rumah Diratakan
BNPB: Pencarian Korban Bencana Sumatera Beralih ke Titik Baru