Lantas, bagaimana cerita patung ini bisa ada? Menurut Kepala Desa Balongjeruk, Safi’i, patung itu dibangun sebagai ikon desa. Inspirasinya berasal dari legenda lokal yang diyakini turun-temurun. Konon, macan putih dianggap sebagai penjaga atau pelindung desa mereka.
Di sisi lain, Safi’i sendiri sebenarnya tahu soal komentar miring netizen. Tapi dia memilih bersikap santai. Alih-alih tersinggung, dia justru mengapresiasi semua perhatian yang datang. Baginya, ini bisa jadi bahan evaluasi yang berharga ke depannya.
Jadi, meski bentuknya dikritik, patung itu toh berhasil menarik perhatian banyak orang. Desa yang tadinya sepi, kini ramai oleh kedatangan orang-orang penasaran. Siapa sangka, sebuah patung yang dianggap ‘gagal’ justru membawa suasana baru.
Artikel Terkait
Muatan Berlebihan Picu Truk Terguling di Tol Wiyoto Wiyono
57 Kendaraan Terlibat, Dua Tewas dalam Karambol Maut di Jalan Tol Kan-etsu
Dosen UIM Meludahi Kasir, Bela Diri: Itu Reaksi Manusiawi
BMKG Siagakan Babel, Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi Jelang Libur Natal