Di SRMP 4 Kota Padang, rompi oranye Tagana itu tak hanya jadi simbol siaga bencana. Jeli Hendri, sang pemakainya, justru lebih sering terlihat di antara bangku-bangku sekolah, mendampingi para siswa. Sekolah ini sempat kebanjiran, lantainya masih berbekas lumpur. Nah, di tengah proses pemulihan itulah, kehadiran Jeli memberi rasa tenang. Ia bukan cuma petugas; ia sosok yang dihormati anak-anak.
Perhatiannya tertuju khusus pada satu kelompok. Dari 146 siswa di sekolah itu, ternyata ada 22 anak yang sama sekali belum bisa membaca Al-Qur’an.
“Kelompok inilah yang paling menyentuh hati saya,”
ungkap Jeli dalam sebuah keterangan tertulis akhir Desember lalu.
Ia bisa merasakan kegelisahan mereka. Bayangkan, di usia remaja, kemampuan dasar itu masih tertinggal. Dengan sabar, Jeli mulai membimbing mereka pakai metode Iqro. Perkembangannya ada, sih, meski lambat. Butuh waktu dan kesabaran ekstra.
Lalu, bagaimana awalnya ia bisa sampai di sini? Ceritanya berawal dari info soal Sekolah Rakyat yang digelar di beberapa titik di Sumbar. Konsepnya yang melibatkan pilar sosial langsung menarik minat Jeli. Tanpa pikir panjang atau menunggu surat tugas resmi, ia datang sendiri ke sekolah dan menawarkan bantuan. Baginya, mengabdi ya mengabdi saja. Tak peduli itu di lokasi bencana atau di depan kelas.
Jeli bukan pendatang baru di dunia sosial. Sejak 2006, ia sudah jadi anggota Tagana angkatan pertama di Sumbar. Di sisi lain, ia juga punya pengalaman lama mengajar di TPA. Gabungan pengalaman inilah yang kemudian membuatnya dipercaya jadi pembina keagamaan di SRMP 4.
Kesehariannya di sekolah itu padat. Dari latihan baris-berbaris, dampingi upacara, sampai urusan pembinaan. Dari situlah kedekatan dengan siswa pelan-pelan terjalin.
Artikel Terkait
Ganjil-Genap Libur Malam Tahun Baru, Tapi Kamera Tilang Tetap Jaga
Seribu Genset Dikirim Pemerintah untuk Terangi 35 Ribu Rumah di Aceh
Polres Siak Perketat Pengamanan di Pelabuhan Tanjung Buton Jelang Libur Panjang
Remaja Pesilat Tewas Dikeroyok Usai Acara, Tiga Orang Ditahan Polisi