"Kemudian banyak juga order fiktif ataupun makanan fiktif yang dikirimkan ke rumahnya, padahal yang bersangkutan ataupun keluarganya tidak ada memesan,"
tambahnya.
Puncaknya terjadi Selasa (23/12) pagi lalu. Saat itulah, dengan mengatasnamakan K, HRR dikatakan mengirim email ancaman bom. Awalnya, laporan datang dari SMA Bintara Depok yang menerima email menyeramkan itu.
Informasi ini lalu menyebar di forum kepala sekolah swasta se-Kota Depok. Dan ternyata, bukan cuma satu. Ada sembilan sekolah lain yang mengalami hal serupa, mendapatkan ancaman yang sama persis.
Made menegaskan, teror bom ke sepuluh sekolah itu adalah puncak dari semua kekecewaannya. Sekaligus, sebuah cara yang salah untuk mencari perhatian.
"Sampai dengan akhirnya tersangka melakukan teror yang memang menjadi perhatian kita semua, yaitu menteror 10 sekolah di wilayah Polres Metro Depok yang sudah teman-teman saksikan tadi. Jadi motifnya seperti itu," tuturnya.
"Kemudian tersangka juga ingin mencari perhatian kepada Saudari Kamila, karena memang semenjak putus tersebut ataupun semenjak lamarannya ditolak, memang sudah tidak diindahkan lagi oleh Saudari K. Jadi itu yang ingin saya sampaikan,"
bebernya lagi.
Dari laporan yang masuk, polisi kemudian bergerak cepat. Penyidikan pun dilakukan, yang akhirnya mengantarkan mereka pada penetapan HRR sebagai tersangka utama dalam kasus yang sempat membuat resah warga Depok ini.
Artikel Terkait
Polda Banten Ungkap 805 Kasus Narkoba Sepanjang 2025, Sabu dan Ganja Berkilogram Diamankan
30.000 Benih Lobster Ilegal Siap Kirim ke Singapura Digagalkan Polisi
Puncak Arus Balik Nataru Diprediksi Molor Hingga 4 Januari
Kim Jong Un Perintahkan Produksi Rudal Besar-besaran, Didorong Kebutuhan Militer dan Dukungan untuk Rusia