Kesiapsiagaan Bencana: Belajar dari Korea, Mengingat Pramuka

- Rabu, 24 Desember 2025 | 12:10 WIB
Kesiapsiagaan Bencana: Belajar dari Korea, Mengingat Pramuka

Percakapan itu mengingatkan saya pada pengalaman masa kecil banyak orang Indonesia: Pramuka. Bukan soal baris-berbaris atau seragam coklatnya. Tapi tentang nilai-nilai yang coba ditanamkan: kemandirian, kesigapan, empati, dan kepekaan terhadap lingkungan.

Aktivitas seperti Pramuka sejatinya adalah fondasi dari budaya siaga. Di sana, anak-anak diajak berpikir, "Apa yang harus kulakukan jika sesuatu yang buruk terjadi?" Mereka dilatih untuk percaya diri, bukan dicekam ketakutan.

Penelitian pun membuktikan hal ini. Anak yang dilatih kesiapsiagaan sejak dini cenderung lebih tenang dan adaptif saat krisis. Mereka bisa menjadi aset, bukan sekadar korban yang pasif.

Menggeser Fokus: Dari Tanggap ke Siaga

Selama ini, perhatian kita sering tertumpu pada fase tanggap darurat. Seberapa cepat bantuan datang, berapa banyak anggaran dikucurkan. Itu penting, tak bisa dipungkiri. Namun, studi menunjukkan bahwa momen-momen paling kritis justru terjadi pada menit-menit pertama, jauh sebelum bantuan resmi tiba. Saat itulah peran keluarga, tetangga, dan komunitalah yang menentukan.

Nah, budaya siaga tidak bisa dibangun cuma dengan spanduk atau sosialisasi satu arah. Ia tumbuh dari rutinitas kecil yang dilakukan berulang. Misalnya, keluarga yang punya titik kumpul, anak yang tahu harus menghubungi siapa, atau warga yang saling mengenal dan paham peran masing-masing. Tidak perlu jadi pahlawan. Cukup jadi warga yang tahu harus berbuat apa.

Kita Tak Perlu Latih Anak Naik Tank

Jadi, Indonesia tidak perlu melatih anak-anaknya mengendarai tank. Tapi Indonesia sangat perlu melatih generasi mudanya untuk berpikir jernih, bertindak tenang, dan ringan tangan menolong sesama.

Budaya siaga bukan tentang hidup dalam kecemasan. Justru sebaliknya, ia tentang hidup dengan ketenangan yang muncul karena kita sudah berlatih. Ketika kesiapan menjadi kebiasaan, kepanikan tak lagi punya tempat.

Di situlah kekuatan bangsa yang sesungguhnya diuji. Bukan pada secepat apa kita berlari saat bencana datang, tapi pada seberapa siap kita berdiri, bahkan sebelum pintu itu diketuk.


Dr. Devie Rahmawati, CICS. Anggota Tim Tanggap Darurat UI untuk Sumbar 2025.


Halaman:

Komentar