Eid Shawar, salah seorang penghuni, menggambarkan suasana pagi itu dengan pilu.
"Penghancuran ini merupakan tragedi bagi semua penghuni," katanya kepada AFP.
"Mereka mendobrak pintu saat kami sedang tidur. Kami hanya disuruh mengganti pakaian dan membawa surat-surat penting saja. Itu saja," ucap Shawar.
Akibatnya, keluarga besarnya yang tujuh orang itu tak punya pilihan. Mereka terpaksa tidur di dalam mobil, tanpa tahu harus pergi ke mana esok harinya.
Artikel Terkait
Wamentan: Asosiasi Peternak Sapi Jadi Mitra Kunci Wujudkan Swasembada Pangan
Mudik Lebih Awal, Antrean Rindu di Stasiun Senen Mulai Mengular
Wagub Babel Ditetapkan Tersangka Kasus Ijazah Palsu
Gencatan Senjata Retak, Jet Tempur Thailand Serang Wilayah Kamboja