Pagi itu, udara di Panna masih menusuk dingin. Tapi bagi Satish Khatik dan Sajid Mohammed, hari itu bakal jadi hari yang tak terlupakan. Di sebidang tanah yang baru mereka sewa, kilauan aneh menangkap mata. Sebuah batu besar, berkilau. Mereka memungutnya, hati berdebar. Mungkinkah ini yang selama ini mereka cari?
Keduanya segera membawa temuan itu ke seorang juru taksir bersertifikat di kota mereka. Hasilnya? Di luar dugaan. Batu itu adalah berlian alami berkualitas tinggi, dengan berat mencapai 15,34 karat. Impian yang tiba-tiba jadi nyata.
Anupam Singh, si juru taksir, menjelaskan harganya bisa melayang tinggi.
Lelang rutin tiga bulanan yang digelar pemerintah daerah memang selalu ramai. Menurut Singh, minat pembeli dari dalam dan luar negeri biasanya tinggi. Tapi harga akhirnya nanti tak lepas dari fluktuasi dolar dan patokan dari laporan Rapaport sebuah otoritas independen yang namanya cukup disegani di industri berlian global.
Bagi Khatik dan Mohammed, kabar itu seperti angin surga. Wajah mereka berseri. “Akhirnya, kami bisa menikahkan saudara perempuan kami,” kata mereka lega. Pernyataan sederhana itu punya makna yang sangat dalam di tengah realitas India.
Di sini, dalam tata adat yang masih kuat, keluarga perempuanlah yang menanggung beban mahar untuk keluarga calon suami. Tradisi ini, sayangnya, sering jadi beban berat bagi keluarga miskin. Bahkan, seperti pernah diungkap investigasi BBC Eye, praktik ini turut memicu fenomena mengerikan: pengguguran bayi perempuan, terutama di kalangan masyarakat ekonomi bawah.
Khatik, 24 tahun, sehari-hari berjualan daging. Sementara Mohammed, 23 tahun, adalah pedagang buah. Mereka adalah anak bungsu dari keluarga yang hidupnya pas-pasan. Mencari berlian adalah tradisi turun-temurun di Panna, sebuah distrik di Madhya Pradesh yang dilanda kemiskinan, kelangkaan air, dan pengangguran akut.
Artikel Terkait
Jaksa Tersangka KPK Kabur Usai Tabrak Petugas dalam OTT Ricuh
Warisan Islah PUI: Menyalakan Obor Generasi Penggerak Indonesia Emas 2045
Kapolri Turun ke Stasiun Tawang, Cek Kesiapan Pengamanan Nataru
Komentar Pejabat Jepang Soal Senjata Nuklir Picu Kemarahan Hebat Pyongyang