Di tengah acara peresmian akad massal KPR di Serang, Sabtu lalu, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pesan yang tegas. Komitmennya untuk membersihkan aparat pemerintahan dari ketidakjujuran ditegaskan kembali. Menurutnya, mustahil bicara soal kesejahteraan jika para pelayan publik itu sendiri bermasalah.
"Saya bertekad membersihkan aparat," ujarnya dengan nada lugas.
Alasannya sederhana tapi mendasar: merekalah ujung tombak yang berhadapan langsung dengan rakyat. "Kalau yang memberi pelayanan tidak baik, tidak jujur, saya kira kekayaan terus akan tidak sampai ke rakyat." Prabowo lalu merujuk pada pelajaran sejarah panjang peradaban. Ribuan tahun membuktikan, pemerintah yang bersih adalah fondasi utama kebangkitan sebuah bangsa. Kesejahteraan, kata dia, baru akan terwujud ketika pemerintahan bersih dari noda.
Ia mengingatkan sebuah paradoks yang memilikan. Anggaran negara bisa saja membengkak hingga ratusan triliun rupiah. Tapi semua itu sia-sia belaka jika tak pernah menyentuh tangan mereka yang paling membutuhkan. "Sangat sedih kita," ucapnya.
Namun begitu, Prabowo mengaku bersyukur. Ia merasa didukung oleh para menteri yang diyakininya setia pada bangsa dan rakyat. Pesannya kepada jajarannya itu jelas dan berulang: kesetiaan harus pada republik, bukan pada person.
"Saya minta kepada mereka, jangan setia kepada Prabowo. Prabowo bisa datang Prabowo bisa pergi, Prabowo manusia. Setia kepada republik, setia kepada rakyat," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden membagikan cerita personal yang dalam. Pesan terakhir dari mendiang ayahnya, ekonom senior Sumitro Djojohadikusumo, masih menjadi kompasnya hingga hari ini. Beberapa bulan sebelum wafat, sang ayah yang sudah menggunakan kursi roda memanggilnya.
Artikel Terkait
Cahaya Surya Akhirnya Menyentuh Pulau Sembur, Dongkrak Ekonomi Nelayan
Kala Kini Jakarta di TMII: Liburan Akhir Tahun dengan Perjalanan Waktu Imersif
Pilot Kunci Diri di Kokpit, Tolak Terbang Gara-gara Gaji Telat Lima Bulan
Tol Tangerang-Merak Diserbu 351 Ribu Kendaraan Jelang Nataru