Konferensi Asia Afrika 1955: Titik Balik Sejarah dan Dampaknya bagi Dunia
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955 merupakan sebuah momen bersejarah yang mengubah peta politik global. Sebagai jawaban atas ketegangan Perang Dingin, KAA menampilkan suara kolektif dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang baru merdeka untuk bersikap mandiri dan tidak terikat pada blok ideologi manapun.
Lahirnya Kekuatan Ketiga dari Bandung
Konferensi Asia Afrika bukan sekadar pertemuan diplomatik biasa. Peristiwa ini adalah sebuah deklarasi politik yang mengangkat martabat negara-negara baru, dari yang sebelumnya dianggap sebagai objek menjadi subjek yang aktif dalam percaturan dunia. Hasil terpenting dari KAA adalah lahirnya Dasa Sila Bandung, sepuluh prinsip yang menolak kolonialisme, imperialisme, dan campur tangan asing. Prinsip-prinsip inilah yang kemudian menjadi fondasi kokoh bagi berdirinya Gerakan Non-Blok.
Gerakan Non-Blok secara resmi berdiri pada 1961 di Beograd, dipelopori oleh para pemimpin visioner seperti Soekarno dari Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, dan Gamal Abdul Nasser dari Mesir. GNB dapat dilihat sebagai bentuk kelembagaan dari semangat dan prinsip-prinsip yang telah digaungkan dalam Konferensi Asia Afrika.
Mengubah Peta Kekuatan Global
Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap geopolitik dunia sangatlah mendalam. Keberadaan "Kekuatan Ketiga" yang non-blok ini merevisi tatanan global dengan beberapa cara:
Artikel Terkait
Kejuaraan Nasional Tarung Derajat 2025 Dijawal, 278 Atlet Pelajar Dijaring untuk Cetak Kader Kelas Dunia
Konferensi Diplomasi Budaya 2025: Fadli Zon Buka IICCD di UI, Bahas Strategi Soft Power Indonesia
Waspada Rekrutmen Terorisme di Media Sosial: Tips Densus 88 untuk Orang Tua
Kematian Misterius Sarawut & Suda: Mengungkap Jaringan Perdagangan Manusia Thailand-Kamboja