Teologi Transformatif sebagai Solusi
Teologi transformatif merupakan pendekatan yang menekankan pada penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sosial. Islam hadir tidak hanya untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga untuk memberantas ketidakadilan, termasuk bullying. Sebagaimana hadits riwayat Muslim, Allah mengharamkan kezaliman, baik terhadap diri-Nya maupun sesama manusia.
Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak, yang mencakup revolusi sosial. Dalam konteks pendidikan, guru tidak hanya mengajarkan halal dan haram, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keadilan dan persamaan hak di antara peserta didik. QS. Al-Maidah ayat 8 mengajarkan untuk senantiasa bersikap adil, bahkan ketika menghadapi kebencian.
Pencegahan Bullying dalam Kehidupan Sehari-hari
Pencegahan bullying tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Budaya candaan yang melampaui batas seringkali dianggap normal, padahal dapat memicu perundungan. Teologi transformatif hadir untuk mendekonstruksi ketidakseimbangan dalam masyarakat dengan menjunjung tinggi etika dan martabat manusia.
Al-Qur'an memandang manusia sebagai khalifah di bumi yang bertugas untuk saling menghormati dan bekerja sama dalam menciptakan tatanan sosial yang adil dan baik. Selain itu, hukum nasional seperti UUD 1945 Pasal 28B ayat (2) juga melindungi anak dari kekerasan dan diskriminasi. Nilai-nilai teologi transformatif dapat memperkuat perlindungan ini, tidak hanya secara formal, tetapi juga secara moral.
Dengan memahami bullying dari perspektif Islam dan menerapkan pendekatan teologi transformatif, diharapkan masyarakat dapat lebih peka dan proaktif dalam mencegah serta mengatasi perundungan.
Artikel Terkait
Viral Video Gus Ellham Cium Anak Saat Dakwah: Minta Maaf, Respons PBNU & Kemenag
RKUHAP Disahkan: 8 Perubahan Penting dari Rehabilitasi Disabilitas hingga Restorative Justice
Operasi Militer Israel di Rafah Tewaskan 3 Milisan Palestina: Fakta Terbaru
Tragedi Stadion El Wak Ghana: 6 Tewas dalam Rekrutmen Militer, Bagaimana Kronologinya?