Kepala Sekolah SMPN 1 Blora, Ainur Rofiq, secara resmi telah membenarkan terjadinya peristiwa tersebut. Beliau menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang terjadi di lingkungan institusi pendidikan yang dipimpinnya. Langkah mediasi segera diambil dengan memanggil kedua belah pihak, baik korban maupun pelaku, beserta orang tua mereka untuk mencari penyelesaian.
Langkah-Langkah Pencegahan dan Penanganan
Pihak sekolah menyatakan telah berkoordinasi secara intensif dengan Dinas Pendidikan setempat, kepolisian, serta Dinas Sosial P3A. Tujuannya adalah untuk merumuskan strategi pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Selain itu, korban telah mendapatkan pendampingan penuh dari guru Bimbingan Konseling (BK) dan psikolog sekolah untuk memulihkan kondisi mentalnya.
Tindakan Tegas: Pemutusan Pelaku ke Sekolah Lain
Sebagai bentuk konsekuensi, empat pelajar yang terlibat aktif dalam aksi perundungan tersebut tidak lagi mengikuti proses belajar mengajar di SMPN 1 Blora. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Sunaryo, mengonfirmasi bahwa para pelaku telah dimutasi ke sekolah lain. Keputusan ini diambil berdasarkan inisiatif dan kesadaran dari orang tua pelaku sendiri setelah adanya kesepakatan bersama.
Diharapkan, dengan pindahnya para pelaku ke lingkungan yang baru, mereka dapat melakukan introspeksi diri dan memulai babak baru dengan perilaku yang lebih positif. Pihak berwenang juga berkomitmen untuk terus melakukan pengawasan dan pendampingan, baik kepada korban maupun pelaku, bekerjasama dengan tenaga psikolog profesional.
Artikel Terkait
Kakek Minta Bantuan Kapolri Cari Alvaro Kiano, Hilang 9 Bulan di Pesanggrahan
Kasus Cesium Cikande: 40 Saksi Diperiksa Bareskrim & KLH
Cara Menulis Artikel SEO yang Efektif dan Menghindari Instruksi yang Bertentangan
Kronologi Lengkap Pencarian Alvaro Kiano: Bocah 6 Tahun Hilang di Pesanggrahan & Modus Penipuan yang Dihadapi Keluarga