Bahaya Dusta: Mengapa Bohong Disebut Induk Segala Dosa Besar
Nabi Ibrahim 'Alayhissalaam dikenal sebagai kekasih Allah dan Nabi bagi para Nabi. Meski hidup hingga 125 tahun, sejarah mencatat beliau hanya melakukan tiga kebohongan kecil. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang betapa seriusnya dampak berbohong dalam Islam.
Tiga Kebohongan Nabi Ibrahim yang Dikenang Sejarah
Kebohongan Pertama: Mengaku Sakit
Ketika kaumnya mengajak merayakan hari besar berhala, Ibrahim menolak dengan alasan sedang sakit, padahal beliau dalam kondisi sehat.
Kebohongan Kedua: Menyuruh Tanya Berhala
Setelah menghancurkan berhala-berhala dan menyisakan yang terbesar, Ibrahim menyuruh kaumnya bertanya pada berhala besar tersebut tentang siapa pelakunya.
Kebohongan Ketiga: Mengaku Sebagai Saudara
Demi melindungi istri dari Fir'aun yang bejat, Ibrahim mengaku bahwa mereka berdua adalah kakak beradik.
Pelajaran dari Padang Mahsyar
Dalam hadits shahih diceritakan, kelak di Padang Mahsyar Nabi Ibrahim akan menolak memberikan syafaat dengan berkata: "Demi diriku, diriku... aku telah berbohong tiga kali. Pergilah kepada yang lain."
Bayangkan, seorang Nabi yang seluruh hidupnya dipenuhi tauhid dan pengorbanan masih merasa malu karena tiga kebohongan kecil. Lalu bagaimana dengan kita yang mungkin berbohong berkali-kali dalam sehari hanya untuk hal-hal sepele?
Dampak Kebohongan dalam Kehidupan Modern
Ironisnya, di zaman sekarang justru ada profesi yang menjadikan kebohongan sebagai keahlian. Semakin mahir seseorang memutar fakta, semakin tinggi nilainya di mata dunia.
Artikel Terkait
Program Makan Bergizi Libur Sekolah Dikritik: Dapur Harus Tetap Ngebul?
Srimulat Bangkit di Surabaya, Tessi-Kadir Siap Guncang Balai Budaya
Setelah Disiksa dan Dipaksa Jadi Scammer, 9 WNI Akhirnya Bebas dari Kamboja
Bung Hatta dan Secangkir Kopi: Mengapa Kejujuran Lebih Berharga daripada Kepintaran