4. Data Paparan Intoleransi pada Remaja
Data riset SETARA Institute 2023 mengungkap 24,2% remaja kategori intoleran pasif, 5% intoleran aktif, dan 0,6% terpapar ideologi ekstremisme. Meski 70,2% remaja SMA toleran, terjadi peningkatan signifikan intoleran aktif dari 2,4% (2016) menjadi 5,0%.
5. Program Pencegahan yang Belum Efektif
Program pencegahan selama ini dinilai belum efektif dan cenderung melemah, kemungkinan dipengaruhi fakta 'nol serangan teroris' dan efisiensi anggaran. Tragedi ini menjadi peringatan keras bahwa pencegahan ekstremisme kekerasan harus menjadi program prioritas.
6. Aktivasi Rencana Aksi Nasional dan Daerah
RAN-PE dan RAD-PE perlu diaktivasi dan dioptimalkan untuk mendorong kolaborasi lintas aktor. Tiga Pilar Kepemimpinan dalam ekosistem toleransi harus saling menguatkan wawasan kebinekaan.
7. Bahaya Perundungan di Sekolah
Fakta terduga pelaku yang sering menjadi korban perundungan harus menjadi perhatian serius Kementerian Pendidikan. Perundungan terbukti tidak hanya menyakiti korban tetapi dapat menjerumuskan pada balas dendam hingga ekstremisme kekerasan.
Tragedi SMAN 72 Jakarta menegaskan urgensi pencegahan ekstremisme kekerasan melalui pendekatan komprehensif melibatkan semua pemangku kepentingan, dengan fokus pada pendidikan karakter, toleransi, dan pencegahan perundungan di lingkungan sekolah.
Artikel Terkait
Atim Suhara Tewas Ditembak Maling Motor di Cakung, Kronologi & Profil Tulang Punggung Keluarga
Kecelakaan Beruntun 3 Mobil di Tol Jakarta-Tangerang KM 11.300, Lalu Lintas Padat!
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Analisis Ahli Soal Dampak Bullying yang Mematikan
Prof Jimly: Ijazah Jokowi Seharusnya Dibuktikan di PTUN, Bukan Lewat Polri