Hidup dengan Keterbatasan Listrik dan Air
Pemadaman listrik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Gaza. Listrik hanya tersedia selama 4-8 jam, dan terkadang tidak sama sekali. Jarada mengungkapkan, "Kami merencanakan pekerjaan berdasarkan jam-jam ketika listrik menyala."
Akses air juga sangat terbatas. Air terkadang hanya mengalir setiap dua atau tiga hari, memaksa warga mengisi dan menyimpan air di tangki. Namun, di tengah semua keterbatasan ini, mahasiswa tetap menyelesaikan pendidikan universitas mereka.
Ketangguhan Warga Gaza
Jarada menekankan bahwa kesulitan di Gaza membuat warga menjadi tangguh. "Hidup itu sulit, tetapi selalu membuat mereka lebih kuat. Warga Gaza memiliki iman yang kuat; psikologi mereka tidak mudah hancur."
Setelah perang, warga Gaza segera memulihkan diri dan melanjutkan hidup. Mereka tidak pernah menyerah karena mereka memahami takdir dan menjalaninya dengan penuh keyakinan.
Gaza Pasca 7 Oktober 2023
Jarada menggambarkan kondisi Gaza setelah 7 Oktober 2023 dengan pemboman hebat dan kekurangan parah. "Orang-orang bertahan hidup dengan air sumur atau air laut dan bahkan tanaman liar."
Anak-anaknya sendiri bertahan hidup selama dua minggu hanya dengan air dan sekali makan pakan ayam giling untuk membuat roti. Sistem kesehatan Gaza sebagian besar runtuh, sementara krisis perumahan memaksa ribuan orang tinggal di tenda atau reruntuhan.
Namun, Jarada optimis: "Masyarakat Gaza tahu betul bagaimana membangun kembali diri mereka sendiri."
Artikel Terkait
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko Ditangkap KPK: OTT Suap Mutasi Jabatan dan Profil Harta Rp 6,3 M
Kunci Keberlanjutan PPPK: Tingkatkan Kompetensi & Kawal Regulasi
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Kapolri Ungkap Pelaku dari Lingkungan Sekolah, Diduga Siswa Korban Bullying
Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Kelapa Gading Ditangkap, 60 Korban Dievakuasi