Kebenaran vs Kekuasaan: Mengapa Realitas Sering Ditakuti oleh Penguasa?
Dalam setiap era, terdapat paradigma yang terus berulang: kebenaran tidak dikalahkan oleh kebohongan, melainkan oleh ketakutan manusia terhadap kebenaran itu sendiri. Ketakutan ini sering terselubung dalam logika, retorika halus, dan manipulasi narasi kekuasaan yang bertujuan mempertahankan kontrol atas persepsi publik.
Mengapa Kekuasaan Takut pada Kebenaran?
Di era modern, kekuasaan tidak lagi semata tentang jabatan formal, melainkan kemampuan mengendalikan cerita. Mereka yang takut kehilangan kendali atas narasi cenderung menolak kebenaran yang dapat mengubah alur kisah mereka. Penolakan ini bukan tentang kecerdasan, tetapi tentang keberanian menghadapi realitas tanpa topeng.
Mekanisme Pertahanan Kekuasaan
Secara psikologis, penolakan kebenaran merupakan bentuk pertahanan ego dan rasa aman. Dalam konteks kekuasaan, ini menjadi lebih kompleks - kebenaran sering ditolak karena menuntut perubahan yang berisiko terhadap status quo. Pengakuan kesalahan dianggap sebagai kelemahan dalam kalkulasi politik yang berorientasi untung-rugi.
Bentuk-Bentuk Penolakan Kebenaran
Penolakan kebenaran sering muncul dalam berbagai bentuk:
1. Retorika Moral Palsu
Kekuasaan sering menggunakan wacana stabilitas dan persatuan untuk menolak kebenaran, seolah-olah menjaga ketertiban moral padahal yang dijaga adalah posisi strategis.
2. Kreasi Realitas Alternatif
Kekuasaan memiliki kemampuan menciptakan "kebenaran versi sendiri" melalui pengulangan narasi yang konsisten, mengubah kebohongan menjadi kebenaran sosial.
Artikel Terkait
Anies Baswedan Kritik Pemerintah: Janji Jutaan Kerja & Rumah Tak Terasa di Lapangan
Kapal Api Global Gelar Program Kapal Api Peduli di Panti Asuhan Jakarta
Kebakaran Gudang Rongsokan di Bandar Lampung Diduga Akibat Puntung Rokok, Kerugian Rp10 Juta
Proyek Kereta Cepat Whoosh: Sejarah Kesepakatan Jokowi dengan China vs Proposal Jepang