MURIANETWORK.COM - Nama Riza Chalid selalu menghantui panggung kekuasaan Indonesia.
Dari era Orde Baru hingga hari ini, sosoknya tetap eksis meski kerap terseret kontroversi besar.
Publik menjulukinya sebagai “raja tanpa mahkota” yang bisa masuk ruang-ruang elite tanpa sorotan berlebihan.
Julukan warganet yang menyebut Riza lebih licin dari ular di Taman Eden terasa pas.
Ia selalu lolos dari jeratan hukum meski terlibat dalam skandal politik besar, termasuk kasus “Papa Minta Saham” yang pernah mengguncang negeri.
Banyak tokoh tumbang, tetapi Riza justru tetap berdiri tegak.
Pengamat menilai kekuatan Riza bertumpu pada kemampuannya merawat jejaring di tiga poros kekuasaan yakni lingkaran Cendana, keluarga Cikeas, hingga kelompok politik yang belakangan dikenal sebagai “Geng Solo”.
Dari migas hingga media, jejaknya tak bisa dilepaskan dari dinamika politik nasional.
Pada era Soeharto, Riza dikenal dekat dengan Bambang Trihadmodjo dan dipercaya mengendalikan Pertamina Energy Trading Ltd (PETRAL).
Ia kemudian memperluas pengaruh ke lingkaran SBY melalui kemitraan dengan Hatta Rajasa.
Catatan Goerge Junus Aditjondro dalam Gurita Bisnis Cikeas bahkan menyebut Riza harus membayar “premi” ke keluarga Cikeas untuk setiap barel minyak.
Nama Riza juga harum di Singapura. Melalui Global Energy Resources, ia memenangkan banyak tender minyak besar, bahkan menjadi pemasok utama ke Pertamina.
Setelah aturan berubah, peran Global Energy digantikan Gold Manor—perusahaan lain yang juga dikaitkan dengannya.
Memasuki era Jokowi, Riza tetap lihai menjaga akses.
Ia dikaitkan dengan pendanaan kampanye, baik untuk kubu Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK.
Rumah Polonia yang menjadi markas Prabowo-Hatta disebut-sebut dibeli dengan dana darinya.
Namun dalam rekaman skandal Freeport, terungkap pula bahwa Riza ikut menggelontorkan dana ke kubu Jokowi-JK demi “bermain aman”.
Skandal demi skandal tidak menyurutkan kiprahnya.
Dari pertemuan rahasia dengan Setya Novanto hingga permainan gelap PETRAL yang akhirnya dipangkas oleh Menteri ESDM Sudirman Said, nama Riza terus disebut.
Tempo bahkan sudah menyorotinya sejak 2008 dengan tajuk “Jejak Licin Saudagar Minyak”.
Kini, empat dekade berlalu, Riza Chalid tetap menjadi sosok di balik layar.
Dari Cendana ke Cikeas, hingga beradaptasi dengan Geng Solo, ia menunjukkan satu hal: jejaring adalah kunci bertahan di tengah badai politik Indonesia.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Inilah 8 Keluarga Kerajaan Terkaya di Dunia, Harta Kerajaan Arab Saudi Rp22.400 Triliun!
Akhirnya Pembunuh Bocah Perempuan di Kolaka Timur Ditangkap, Motif Sakit Hati Diejek
Korlabi akan full dukung Jokowi-Gibran diadili
Viral! Pria di Pagaralam Jagal Ratusan Kucing, Daging Dijual Rp100.000 per Kilogram