Menurut pengamat politik Rokhmat Widodo, fenomena ini menunjukkan bahwa basis loyalis Jokowi tetap memiliki energi politik. “Kita melihat residu politik Jokowi belum hilang. Kelompok-kelompok relawan ini bisa menjadi kekuatan sosial tersendiri. Bahkan bisa menjadi variabel penting dalam dinamika politik pemerintahan sekarang,” jelas Rokhmat.
Namun, pernyataan kesiapan kelompok sipil untuk turun langsung membantu TNI/Polri juga berpotensi menimbulkan perdebatan. Sejumlah pihak mengingatkan agar peran menjaga keamanan tetap berada di tangan aparat resmi negara, bukan kelompok relawan atau organisasi masyarakat.
“Kalau ada kelompok sipil ikut serta, apalagi dengan nama ‘pasukan berani mati’, ini bisa menimbulkan persepsi paramiliter. Negara kita menganut hukum, dan penanganan keamanan sebaiknya murni dijalankan aparat,” Rokhmat.
Meski demikian, Sukodigdo menegaskan bahwa pasukannya hanya akan bergerak jika mendapat instruksi resmi. “Kami bukan kelompok liar. Kami hormat pada TNI/Polri. Kami hanya ingin jadi tambahan moral, tambahan kekuatan di lapangan. Semua tetap di bawah komando aparat,” katanya.
Di akhir keterangannya, Sukodigdo menyerukan agar rakyat tetap tenang dan tidak terprovokasi. Ia mengajak semua pihak untuk menjaga persatuan di tengah situasi yang rawan gesekan politik.
“Jangan mau diadu domba. Jangan ikut arus provokator yang ingin bangsa ini kacau. Mari kita dukung TNI dan Polri, karena merekalah benteng terakhir kita,” pungkasnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Ilustrasi Aksi Unjukrasa/Net
Artikel Terkait
6 Tanda Ini Harus Bikin Kamu Urungkan Nikah, Nomor 3 Paling Mengkhawatirkan!
Viral! Disdik Sumut Buka Suara Soal Siswi di Gunung Sitoli Dilarang Ujian Gara-gara SPP
Nasib Bahtera Rumah Tangga Hilda Pricillya Usai Video Syur 8 Menit dengan Pratu Risal Masih Viral
Tanpa Pasir Silika, Lapangan Padel Ini Ternyata Berbahaya?