Apa yang dipertontonkan di tol tersebut adalah parodi yang menghilangkan seluruh nilai sakral dan sportivitas dari aslinya.
Budayawan dan masyarakat Riau kerap menyayangkan bagaimana tren media sosial seringkali memenggal sebuah tradisi dari konteksnya.
Gerakan Pacu Jalur yang diadopsi menjadi joget 'Aura Farming' mungkin terlihat menghibur bagi mereka yang tidak paham, namun bagi masyarakat Kuansing, itu bisa terasa seperti sebuah penghinaan.
Tradisi yang dijaga turun-temurun, yang melibatkan ritual dan doa sebelum perahu diturunkan ke sungai, kini direduksi menjadi sekadar bahan lelucon di jalan tol.
Insiden ini seharusnya menjadi momen refleksi. Viralitas di media sosial memang menggiurkan, namun tidak seharusnya dicapai dengan cara menciderai atau meremehkan warisan budaya bangsa.
Remaja pelaku aksi di Lampung mungkin tidak memiliki niat buruk untuk melecehkan, namun ketidaktahuannya telah menyebabkan citra Pacu Jalur terdistorsi.
Semoga setelah insiden ini, masyarakat, terutama generasi muda, lebih terdorong untuk mengenal makna sesungguhnya di balik tradisi-tradisi indah Indonesia, bukan hanya mengambil kulit luarnya untuk kepentingan sesaat.
Sumber: suara
Foto: acu jalur tercoreng aksi viral di jalan tol Lampung
Artikel Terkait
Bocoran Strategi PSI: Bukan Cuma Jualan Nama Jokowi, Tapi Ini yang Sebenarnya!
Suami Pertama Anti Puspitasari Terekam CCTV, Inikah Wajah Sang Pembunuh?
Gara-gara Utang Kereta Cepat, Mahfud Ungkap Ancaman China di Natuna!
Polisi Ungkap Komplotan Penculik di Tangsel: Ada Senpi dan Seragam Polisi, Korbannya Pembeli Mobil!