Sudah terasa sejak sore, riuh rendah warga yang mulai memadati kawasan Bundaran HI. Perayaan malam tahun baru 2026 di Jakarta resmi dimulai. Pukul lima sore, panggung utama di sisi selatan halte sudah ramai disaksikan pengunjung yang datang lebih awal. Mereka tak ingin ketinggalan momen spesial meski tahun ini konsepnya berbeda.
Lalu lintas di sekitar Thamrin mulai tersendat. Kendaraan melaju pelan, kecepatannya mungkin tak lebih dari 20 km/jam. Di tengah kemacetan yang mulai merayap itu, petugas Dishub dan polisi terlihat sibuk mengatur arus. Mereka berjaga di titik-titik strategis, berusaha menjaga situasi agar tetap terkendali.
Kesiapan juga terlihat dari sisi pengamanan lain. Satu unit mobil Damkar dan dua ambulans disiagakan tak jauh dari panggung, siap mengantisipasi segala kemungkinan. Semua ini bagian dari persiapan Pemprov DKI yang memang terlihat matang.
Nah, yang jadi pembeda tahun ini adalah konsepnya. Tak ada gemerlap kembang api atau dentuman petasan. Sebagai gantinya, Jalan Sudirman-Thamrin ditutup total untuk kendaraan mulai pukul 18.00 hingga 02.00 dini hari. Malam itu, kawasan itu jadi ruang publik lengang yang sepenuhnya untuk warga.
Fokus perayaan dialihkan pada hal yang lebih substantif: solidaritas. Acara dipusatkan pada doa bersama lintas agama dan penggalangan donasi untuk korban bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Nuansa sukacita tahun baru sengaja dikolaborasikan dengan empati.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan hal ini.
Artikel Terkait
Kematian Mahasiswi UNIMA: Suara Korban Kekerasan Seksual di Kampus Akhirnya Pecah
100 Kilogram Sabu Diselundupkan dalam Mobil Towing, Polisi Gagalkan Rencana Banjiri Tahun Baru
Kepala Desa Braja Asri Tewas Diterjang Gajah Saat Upaya Penggiringan
Penumpang Gelap Diduga Manfaatkan Teror untuk Goyang Pemerintahan Baru