Trump dan Netanyahu: Lima Pertemuan, Satu Pesan Kekebalan Hukum

- Rabu, 31 Desember 2025 | 06:40 WIB
Trump dan Netanyahu: Lima Pertemuan, Satu Pesan Kekebalan Hukum

Oleh SHAUN KING (Aktivis muslim AS)

Donald Trump dan Benjamin Netanyahu bertemu lagi kemarin, 29 Desember 2025. Ini sudah kelima kalinya dalam setahun terakhir lebih sering, menurut catatan saya, dibanding pertemuan Trump dengan pemimpin dunia mana pun. Setelah menyimak rekaman dan berbagai laporan, rasa tidak enak yang sama kembali muncul. Seperti dua tahun belakangan ini, kesannya selalu sama: Netanyahu bukan sekadar tamu. Dia seperti "Presiden-nya Trump." Seolah-olah dia punya andil dalam menjalankan kebijakan luar negeri Amerika.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dalam pertemuan ini?

Loveday Morris dan Lior Soroka dari The Washington Post melaporkan, Trump berdiri di samping Netanyahu di Mar-a-Lago. Saat ditanya tentang persidangan korupsi Netanyahu di Israel, Trump menyebutnya "perdana menteri masa perang" dan "seorang pahlawan." Lebih jauh, Trump secara terbuka bilang akan "sangat sulit" untuk tidak mengampuninya. Ini bukan diplomasi. Ini dukungan terang-terangan. Di sini, seorang presiden AS dengan santai membicarakan intervensi terhadap sistem hukum negara lain, demi melindungi seorang pria yang tengah terjerat skandal korupsi dan perang.

Dan ini bukan pemimpin biasa. Dunia mulai memperlakukan Netanyahu sebagai tersangka kejahatan serius dia diawasi oleh ICC dan menghadapi surat perintah penangkapan atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Tapi Trump justru memujinya bak juru kampanye.

Ada hal lain dari laporan The Post yang harusnya membuat kita semua waspada. Kebetulan sekali, kunjungan Netanyahu ini menghentikan proses pemeriksaan silangnya dalam "Kasus 4000," yang melibatkan suap dan penipuan. Sejak mulai memberi kesaksian Juni lalu, sidang-sidangnya kerap dibatalkan atau dipersingkat. Alasannya selalu "kekhawatiran keamanan." Lalu dia terbang ke Florida, berdiri di samping Presiden AS, dan dapat pemberitaan yang mirip upacara pemberian medali.

Kalau Anda masih belum melihat polanya, izinkan saya menjelaskan.

Ini bukan sekadar pertemuan kebijakan. Ini misi penyelamatan domestik untuk Netanyahu, yang dipentaskan di tanah Amerika, di depan kamera Amerika, dengan presiden Amerika yang menyuarakan narasinya.

Suara-suara dari Israel, seperti dikutip The Post, menyebutnya "pesta cinta." Seorang komentator bahkan bilang Trump praktis menyerahkan kampanyenya kepada Netanyahu. Memang begitulah kenyataannya. Trump memuji Netanyahu. Trump bilang tanpa dia, "Israel mungkin tidak akan ada." Trump memberi Netanyahu narasi yang menutupi kegagalan besar yang menyebabkan tragedi 7 Oktober dan bencana yang menyusul setelahnya.

Sementara sandiwara politik kecil ini berlangsung, Gaza di mana genosida telah berjalan lebih dari dua tahun terus berdarah di latar belakang. Seperti noda yang sengaja diabaikan oleh semua orang dalam sesi foto itu.

Di sinilah letak masalah moralnya.

Kepemimpinan Israel dibangun di atas ideologi impunitas permanen. Keyakinan bahwa mereka bisa melakukan apa saja, kepada siapa saja, tanpa pernah benar-benar membayar konsekuensinya. Pujian publik Trump adalah konfirmasi terkeras untuk ideologi itu. Seorang pria yang dituduh di forum internasional, menghadapi kecaman global, tidak diperlakukan sebagai orang buangan. Dia diperlakukan sebagai pahlawan, teman, dan mitra politik.

Dan saya akan katakan hal yang mungkin tidak ingin diakui banyak orang Amerika: kekuatan ini bukan cuma milik Netanyahu. Ini adalah kekuatan Amerika yang dipakai untuk melindunginya.


Halaman:

Komentar