Di bagian akhir surat, ia dengan tegas memohon agar pimpinan fakultas segera bertindak. “Saya memohon agar pihak pimpinan dapat menangani masalah ini,” tulisnya. Permohonan yang, sayangnya, mungkin tak sempat ia saksikan jawabannya.
Viralnya surat ini memicu gelombang kemarahan warganet. Desakan agar kampus transparan dan mengusut tuntas kasus ini bergema kuat. Apalagi, kabar yang beredar menyebutkan korban sebelumnya sudah pernah melapor ke dosen pembimbing akademiknya. Sayangnya, laporan itu seolah tak digubris.
“Seharusnya kampus itu jadi rumah aman untuk mahasiswa dan sivitasnya, jangan jadi tempat yang kelam. Jangan biasakan menutupi kasus dengan alasan menjaga nama baik,”
komentar salah satu netizen, mewakili suara banyak orang yang geram. Kini, bola ada di pihak universitas. Masyarakat menunggu langkah nyata, bukan lagi diam atau pengabaian.
Artikel Terkait
Liburan Bukan Kemewahan, Tapi Doa Kecil untuk Jiwa yang Lelah
Di Balik Keriuhan Media Sosial, Budaya Perusahaan Ternyata Masih Berjalan dalam Kabut
Mendikbud Ungkap Nasib Sekolah Pasca-Banjir: Ada yang Hilang, Rusak Parah, hingga Harus Direlokasi
Ukraina Bantah Klaim Serangan Drone ke Putin: Tak Ada Bukti, Hanya Akal-Akalan