Kritik untuk Bencana Aceh Berujung Teror Misterius ke Aktivis

- Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB
Kritik untuk Bencana Aceh Berujung Teror Misterius ke Aktivis

Belum Reda Bencana Alam di Aceh & Sumatera, Kini Muncul Teror Kemanusiaan: SaveSherlyAnnavita

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.

Siang tadi, beranda Facebook saya tiba-tiba dihantam sebuah status. Ditulis oleh Sherly Annavita, dengan huruf kapital semua, kira-kira begini bunyinya: ‘SAYA DITEROR!!! YUK BAGIKAN AGAR JADI KESADARAN BERSAMA’. Langsung bikin merinding.

Rupanya, ini bukan sekadar keluh kesah biasa. Di laman itu, Sherly bercerita soal rentetan ancaman yang dia terima belakangan ini. Mulai dari teror telepon dan DM Instagram, sampai makian dari akun-akun bodong. Bahkan mobilnya disemprot cat merah. Gak cuma itu, ada juga yang ngirimin telur busuk plus pesan ancaman. Seram, kan?

Menurut pengakuannya, semua ini mulai terjadi setelah dia pulang dari Aceh. Sherly baru saja membagikan pengalaman langsungnya dari lokasi bencana ke beberapa media. Kebetulan, saya dan dia sempat satu panggung di acara ‘Rakyat Bersuara’ INEWS TV, Selasa malam lalu.

Nah, dalam acara itu, Sherly menyampaikan dua poin kritik yang menurutnya penting banget.

Pertama, soal hilangnya komando dari pusat. Dia melihat di lapangan, para relawan dan pemerintah daerah seperti kehilangan arah. Tanpa koordinasi yang jelas dari pusat, sinergi jadi berantakan. Padahal, menurut Sherly, komando itu vital banget untuk mengatur semua sumber daya yang ada, biar penanganan bencananya efektif.

Kedua, dia mendesak pemerintah agar menetapkan bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar sebagai bencana nasional. Artinya, pintu bantuan dari luar negeri harus dibuka lebar-lebar.

Soal bantuan asing ini, Sherly bicara blak-blakan. Dia membandingkannya dengan utang berbunga yang biasa kita terima. “Kalau bantuan tanpa bunga,” kira-kira begitu sindirnya, “masak iya ditolak?”

Saya sendiri di acara yang sama juga menyampaikan kritik, dengan mengingatkan fungsi pemimpin. Dalam Islam, pemimpin itu punya dua peran: sebagai Ra’in (pelayan) dan Junnah (perisai).


Halaman:

Komentar