Di sisi lain, upaya pemberantasan korupsi terasa lebih serius. Triliunan rupiah sudah berhasil dikembalikan ke kas negara. Tapi, menurut Prabowo sendiri, itu belum apa-apa. Masih seujung kuku. Artinya, dia belum puas dan prosesnya akan terus digenjot. Memang, menangkap koruptor bukan hal gampang.
Harus diakui, responsivitas pemerintah sekarang ini luar biasa. Sejak Era Reformasi, belum ada yang secepat ini merespons tekanan publik. Responsif banget sampai-sampai Prabowo dibilang "pahlawan kesiangan". Tapi dia juga tak mudah goyah. Tuntutan yang masuk akal dituruti, yang nggak jelas meski didemo dia tetap bergeming.
Lalu, ada isu yang paling panas di 2025 ini: kasus ijazah Jokowi. Entah ini permainan politik dari dalam atau dari luar, yang jelas prosesnya berjalan cukup fair. Berbeda dengan yang dialami Bambang Tri atau Gus Nur dulu.
Padahal, baru sekitar satu setengah tahun memimpin, Prabowo sudah dihantam dua peristiwa pahit. Demo besar yang berakhir ricuh Agustus lalu, dan bencana dahsyat di Sumatera. Dua kejadian itu datang cepat dan tak terduga, sesuatu yang jarang dialami pemerintahan sebelumnya.
Dari semua ini, Prabowo pasti sudah bisa menilai. Orang yang tak suka akan tetap tak suka, bagaimanapun caranya. Namanya juga politik. Fokusnya harus tetap pada rakyat dengan segala kemajemukan dan definisinya yang tak seragam.
Pada akhirnya, tantangan terberatnya bukan orang-per-orang, tapi nilai-nilai usang yang menghambat kemajuan. Keterpurukan yang sudah nyaris sempurna ini butuh perbaikan di banyak sisi. Saking banyaknya, setiap langkah awal pasti akan dibanding-bandingkan. Makanya, 2026 harus jelas arahnya. Kalau tidak, tahun-tahun berikutnya bisa lepas sama sekali.
(")
Artikel Terkait
Tere Liye Soroti Korupsi Dana MBG: Lebih Parah dari Mencuri Baut Jembatan
Dua Badai di Samudra Hindia Ancam Cuaca dan Gelombang di Indonesia
Pertemuan di Rumah Bahlil: Penguatan Koalisi atau Awal Retakan?
Empat Parpol Serius Dorong Pilkada Kembali ke DPRD, Demokrat Ingatkan Bahaya Oligarki