Lalu, ada juga pertunjukan pantomime dari ISMIME & Jos Dumber-Dumbers. Mereka akan mengekspresikan realitas lewat bahasa tubuh tanpa kata. Gestur, mimik, dan simbol visual diharapkan bisa menyampaikan kritik sosial secara lugas, tapi tetap puitis.
Tak ketinggalan, Aendra Medita akan menyampaikan orasi budaya. Topiknya tentang media dan media sosial di Indonesia sepanjang 2025. Di tengah banjir informasi dan tantangan literasi digital, orasi ini jadi momen penting untuk berefleksi. Audiens diajak untuk lebih sadar dan bijak dalam memaknai setiap informasi yang diterima.
Nuansa gerak akan diperkaya oleh Tari 50 yang dibawakan Enung, Lina, Indri, dan Risma. Pertunjukan ini sekaligus jadi pernyataan: seni tidak kenal batas usia. Pengalaman hidup dan kedewasaan justru jadi kekuatan untuk menafsirkan gerak. Estetika yang dibawa juga sarat pesan tentang keberlanjutan dan keberanian berkarya di setiap fase usia.
Pada intinya, rangkaian sajian ini ibarat mozaik refleksi. Setiap penampil membawa perspektifnya masing-masing, tapi bertemu dalam satu semangat yang sama. Yaitu, menjadikan seni sebagai ruang untuk berpikir, merasakan, dan berbagi makna.
DC Corner dipilih bukan tanpa alasan. Tempat ini dikenal punya komitmen sebagai ruang alternatif untuk dialog kreatif di Bandung. Meski acaranya bersifat undangan terbatas untuk menjaga kedekatan interaksi semangatnya tetap terbuka. Mengajak siapa pun untuk ikut merenung dan menumbuhkan harapan bersama.
Dengan menghadirkan seni sebagai cermin zaman, acara ini diharapkan bisa jadi penutup tahun yang bermakna. Sekaligus pembuka langkah menuju 2026 dengan kesadaran dan optimisme yang baru.
Artikel Terkait
Dosen ASN Diduga Meludahi Kasir Usai Ditegur Serobot Antrean
Kabel Bergelantungan di Trotoar Saharjo, Ancaman Nyata bagi Pejalan Kaki
APBD DKI 2026 Susut Rp10,54 Triliun, Prioritas Tetap Fokus pada Sampah hingga Banjir
Rizal Fadillah Soroti Keheningan Prabowo dalam Tragedi Km 50