DOSA YANG TAK TERAMPUNI
(Khutbah Jumat Desember 2025)
Oleh: Gus Najih Ibn Abdil Hameed
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Setiap kita pasti punya harapan yang sama: ingin bahagia, baik di dunia ini maupun nanti di akhirat. Kita semua ingin jadi ahli surga. Bayangkan bisa berkumpul lagi di sana bersama orang-orang tercinta orang tua, pasangan hidup, anak, bahkan cucu. Harapannya sih, tak ada satu pun yang terpisah, apalagi sampai harus masuk neraka.
Coba renungkan sejenak. Apa mungkin kita masuk surga sendirian, sementara anak kandung kita justru disiksa di neraka? Atau malah sebaliknya, mereka yang bahagia di surga, sementara kita yang terpuruk. Sungguh, pikiran seperti ini saja sudah bikin hati merinding.
Lalu, apakah hal itu bisa terjadi?
Bisa saja. Jawabannya: mungkin.
Allah ﷻ sudah mengingatkan kita lewat firman-Nya:
وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّیَّتُهُم بِإِیمَـٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَلَا نُنقِصُهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَیۡءࣲۚ كُلُّ ٱمۡرِىِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِینࣱ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur: 21)
Nah, dari ayat ini jelas sekali. Kunci utama agar keluarga bisa dikumpulkan di surga cuma satu: IMAN. Amal boleh beda-beda tingkatannya. Mungkin ayahnya lebih rajin ibadah, atau justru anaknya yang lebih banyak sedekah. Itu tidak masalah. Asal sama-sama beriman, Allah janji akan pertemukan mereka di surga, bahkan disamakan derajatnya.
Makanya, Nabi Ya‘qub ‘alaihissalam yang kita kenal juga sebagai Israil, leluhur Bani Israil saat ajalnya mendekat, beliau pun mengumpulkan anak-anaknya. Bukan untuk bagi-bagi harta warisan.
Allah ﷻ mengabadikan momen itu:
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَاۤءَ إِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِیهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِیۖ قَالُوا۟ نَعۡبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَاۤىِٕكَ إِبۡرَ ٰهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِیلَ وَإِسۡحَـٰقَ إِلَـٰهࣰا وَ ٰحِدࣰا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya‘qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.” (QS. Al-Baqarah: 133)
Perhatikan baik-baik. Pertanyaan Nabi Ya‘qub bukan, “Kalian nanti mau kerja apa?” atau “Makan dari mana?”
Artikel Terkait
Dua Kalimat di Kolong Jembatan Bandung yang Bikin Wisatawan Berhenti dan Berfoto
Bethlehem Kembali Bernyawa, Cahaya Natal Akhirnya Menyapa Malam
Susi Aminkan Kritik Pedas Anak Menteri: 80 Persen Pejabat Itu Maling
Prabowo Sambangi Luhut di Hari Natal, Bahas Tarif AS hingga Kemandirian Benih