Saya memang tak pernah mengucapkan selamat Natal. Alasannya sederhana: saya mengikuti fatwa Buya Hamka yang dulu. Sami'na wa ata'na, begitu prinsipnya.
Tapi, jangan salah paham dulu. Soal menghormati agama lain, saya selalu berusaha. Toleransi itu kan soal perbuatan, bukan cuma kata-kata. Bertetangga dengan baik, saling bantu, membiarkan orang beribadah dengan tenang itu semua bentuk nyata penghormatan. Tidak mengucapkan selamat, bukan lantas berarti benci.
Di sisi lain, dalam karya-karya saya sendiri, misalnya serial AKSI, justru banyak tokoh penting yang beragama Kristen. Mereka jadi pahlawan dalam cerita.
Natal tahun ini pun, saya tetap tak akan mengucapkannya.
Tapi, izinkan saya berbagi satu foto yang menyentuh ini. Foto ini diambil Prayugo Utomo untuk IDN Times, tepatnya 20 Desember 2025 lalu. Lokasinya di Desa Hutanobolon, Tukka, Tapanuli Tengah.
Lihatlah. Menurut saya, setiap orang berhak merasakan sukacita hari besar agamanya. Dengan gembira, tanpa rasa takut. Sayangnya, hak sederhana itu sering terkoyak. Di Palestina, misalnya, umat Kristen bertahun-tahun kesulitan merayakan Natal dengan layak. Begitu pula di banyak tempat lain yang dilanda perang.
Artikel Terkait
Ancol Jadi Pelarian Warga Jakarta yang Gagal ke Puncak
Paus Leo XIV Soroti Gaza dan Nestapa Perang dalam Khotbah Natal Perdananya
Kekhawatiran Nabi Yaqub di Detik-detik Terakhir: Apa yang Kalian Sembah Sepeninggalku?
Bimbel Online Bodong di SMPN 10 Pontianak Akhirnya Terbongkar