Nestlé Tanam Ribuan Pohon di Batang untuk Tangkal Longsor

- Kamis, 25 Desember 2025 | 11:42 WIB
Nestlé Tanam Ribuan Pohon di Batang untuk Tangkal Longsor

Kabupaten Batang punya pemandangan yang indah, tapi tanahnya cukup rentan. Di beberapa titik, risikonya tergolong menengah hingga tinggi terhadap gerakan tanah. Nah, di tengah kondisi itulah, Nestlé Indonesia kembali melanjutkan aksi nyatanya. Kamis lalu, tepatnya 18 Desember 2025, mereka menanam 1.000 pohon lagi di Desa Sodong, Wonotunggal.

Ini bagian dari program BersamaNestlé: Aksi Nyata Hijaukan Hutan. Tujuannya jelas: memperkuat resapan air, menjaga tanah, dan sedikit banyak membantu mitigasi perubahan iklim. Yang menarik, kegiatan ini nggak cuma seremonial. Mereka libatkan Kelompok Tani Desa Sodong, LMDH, plus puluhan karyawan internal dari Pabrik Bandaraya.

Acaranya sendiri cukup meriah. Hadir sejumlah pejabat setempat, mulai dari Cabang Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, hingga Perumda Air Minum setempat. Mereka semua turun tangan, dari penyediaan bibit, penanaman, sampai rencana pemeliharaan jangka panjang.

Kondisi lingkungan kita memang sedang tidak baik-baik saja. Tekanannya makin kompleks. Data kehilangan tutupan hutan di Indonesia cukup mencengangkan, rata-rata 650.000 hektare per tahun hilang. Di Pulau Jawa, angkanya lebih memprihatinkan lagi lebih dari 90% tutupan hutan telah sirna sejak abad ke-20. Batang, dengan topografinya, jelas sangat terdampak. Bila vegetasi berkurang, daya serap tanah melemah. Risiko erosi dan longsor pun mengintai.

Menyikapi hal itu, Nestlé Indonesia lewat pilar ‘Good for Planet’ berkomitmen ambil bagian. Mereka ingin fokus pada isu prioritas, seperti perlindungan ekosistem dan perubahan iklim. Ini sudah jadi agenda tetap perusahaan.

Factory Manager Pabrik Bandaraya, Norman Tri Handono, menegaskan bahwa inisiatif ini adalah komitmen jangka panjang.

“Kegiatan BersamaNestlé ini adalah upaya kami melanjutkan komitmen yang sudah dipegang sejak 50 tahun lalu di Indonesia, yaitu Creating Shared Value. Intinya, kesuksesan bisnis mustahil dipisahkan dari kesuksesan masyarakat dan kelestarian alam,” ujar Tri.

“Kami nggak bisa jalan sendiri. Ini murni hasil kolaborasi erat dengan pemerintah daerah, desa, dan komunitas tani. Keberlanjutan hanya bisa terwujud lewat sinergi. Ini bukan cuma soal menanam, tapi membangun ekosistem yang mendukung kesejahteraan sekaligus menjaga alam,” imbuhnya.

Dampak ekologisnya bisa dihitung. Seribu pohon ini diproyeksikan serap sekitar 22 ton CO₂ per tahun. Pohon trembesi yang sudah dewasa bahkan bisa serap lebih banyak, hingga 28 kg per tahun. Selain itu, tutupan vegetasi di lereng bisa tingkatkan kapasitas infiltrasi air sampai 30%. Risiko erosi dan longsor diharapkan bisa ditekan.

Kepala Bidang Tata Lingkungan DLH Kabupaten Batang, Ila Dhiama Warni, mengapresiasi aksi ini.


Halaman:

Komentar