Jadi, harapan untuk perubahan fundamental di bawah rezimnya hampir tak ada. Ia terlihat maju-mundur, atau paling banter goyang poco-poco. Perubahan bertahap pun tak kunjung jelas. Omongannya hebat, tapi rakyat kembali dibohongi dengan strategi-strategi palsu. Disuruh sabar menunggu "Godot". Padahal, Godot itu melompat-lompat terus, tak pernah teraih.
Di sisi lain, KKN tetap menggurita. Kooptasi asing makin mencengkeram, sementara rakyat menjerit akibat penderitaan. Kontras sekali dengan polisi yang terlihat kaya dan berjaya di mana-mana.
Maka, tuntutan Reformasi Jilid II tahun 2026 pun mengemuka. Stop multi fungsi polisi! Berantas KKN sampai ke akarnya! Adili Jokowi dan kroninya! Evaluasi hutang luar negeri, usir pengusaha Cina yang jahat, kembalikan tanah kepada rakyat. Tegakkan supremasi hukum dan keadilan. Itu semua inti tuntutan mereka. Yang pokok, selain mengadili Jokowi, juga memakzulkan Prabowo dan Gibran.
Prabowo kini benar-benar di persimpangan jalan. Ia akan terus jadi sasaran selama tak mampu menunjukkan perubahan.
Reformasi Jilid II ini sudah tak bisa ditunda lagi. Menunda sama saja dengan membiarkan bangsa ini membusuk perlahan. Merujuk ke tahun 1998, Mei 2026 bisa jadi batas bagi mahasiswa untuk bangkit sendiri menjawab tantangan zaman. Elemen-elemen perubahan lain pasti akan bergerak masif, siap membersamai.
Pada akhirnya, Reformasi Jilid II bukan lagi sekadar wacana. Ia telah menjadi suatu keniscayaan.
") Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 25 Desember 2025
Artikel Terkait
Hari Pertama Libur Natal, Jakarta Beristirahat dari Kemacetan
Pertemuan Rahasia Dua Pucuk Pimpinan NU Akhirnya Terjadi di Lirboyo
Contraflow 18 Km Diterapkan, Arus Mudik Nataru 2026 Mencapai Puncak di Tol Cikampek
Ragunan Dibanjiri 28 Ribu Pengunjung di Pagi Natal, Diprediksi Tembus 50 Ribu