Di sebuah ruang rapat di Jakarta, dua menteri menyelesaikan tanda tangan mereka di atas dokumen. Muktharudin dari Kementerian P2MI dan Brian Yuliarto dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi baru saja meresmikan nota kesepahaman. Intinya sederhana tapi ambisius: menyiapkan tenaga kerja Indonesia yang benar-benar siap bersaing di luar negeri.
Acara yang disaksikan para pejabat dari kedua kementerian itu berlangsung cukup singkat. Selain penandatanganan, ada juga tukar-menukar cenderamata sebagai simbolisnya. Namun, pekerjaan sesungguhnya jelas baru dimulai.
Begitu acara usai, Muktharudin langsung menyoroti persoalan klasik. "Tantangan kita selama ini," ujarnya, "yaitu kompetensi pekerja migran yang kerap kurang memadai."
Menurutnya, ini jadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama.
"Selama ini memang masih ada gap antara output pendidikan menengah dan tinggi dengan kompetensi yang dibutuhkan di luar negeri," jelas Mukhtarudin.
Ia melanjutkan, "Program ini langkah kita untuk mengisi kesenjangan itu. MoU ini implementasi dari arahan Bapak Presiden, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pekerja migran Indonesia ke arah middle dan high skill."
Rencananya, pembagian tugas akan dilakukan. Kementerian P2MI akan turun tangan memetakan kebutuhan kompetensi di berbagai industri global. Sementara, tugas Kementerian Dikti Saintek adalah menyiapkan program vokasi yang sesuai untuk mencetak SDM-nya.
Artikel Terkait
Di Balik Data dan Digitalisasi: Upaya Menyelaraskan Penyaluran Bansos dengan Realita Warga
Prabowo Soroti Perjuangan Sunyi Satgas Hutan yang Selamatkan Rp 6,6 Triliun
Bahu Jalan Bukan Tempat Istirahat, Peringatan Keras Jelang Puncak Arus Nataru
Rp 6,6 Triliun Menggunung di Kejagung, Hasil Tebusan Lahan Sawit Ilegal