Pertama, soal ketidakmampuan membaca kekuasaan Ilahi. Ia menyoroti bencana banjir besar di Aceh, Sumut, dan Sumbar beberapa waktu lalu. Pemerintah, katanya, gagal menangkapnya sebagai teguran spiritual atas kerusakan alam dan kerakusan material. “Teguran yang diabaikan akan memancing bencana berkelanjutan,” katanya.
Kedua, tiadanya pengakuan atas kesalahan. Pemerintah dinilai terlalu jumawa, merasa mampu mengatasi segala persoalan, sementara penderitaan rakyat di lapangan nyata adanya. Rizal juga menyentil soal kemenangan politik Prabowo-Gibran yang disebutnya didapat dengan cara curang dengan bantuan Jokowi. “Kesetiaan pada kecurangan akan membawa akibat,” ucapnya.
Ketiga, inkonsistensi antara kata dan perbuatan. Rezim ini dinilai sarat ambivalensi: janjinya besar, kerjanya kecil, realisasinya seringkali nihil. Dari reformasi Polri, proyek IKN, penanganan banjir, Whoosh, hingga kasus Morowali semuanya berjalan tidak ajeg. “Rezim plin-plan layak menuai kekecewaan, bahkan perlawanan,” tegasnya.
Keempat, praktik bermain-main dengan hukum dan etika. Korupsi yang masih merajalela tak akan selesai dengan agenda normatif atau pemberian ampunan. Butuh langkah fundamental. Revolusioner. “Moral dan etika harus menjadi sokoguru perbaikan. Jika tidak, berlaku hukum alam: siapa menabur angin, akan menuai badai,” tutur Rizal.
Lebih jauh, ia memperingatkan bahwa tanpa tobat dan perubahan sikap yang serius, dua hal akan membesar: murka Ilahi dan kemarahan sosial. Gelombang perlawanan rakyat bisa datang dari mana saja mahasiswa, buruh, santri, ulama, emak-emak, sampai para purnawirawan dan aktivis.
“Sinyal bencana bukan hanya banjir dan longsor, tetapi juga kemarahan sosial. Jika kinerja tetap seperti sekarang, tahun 2026 sangat potensial menjadi tahun kegetiran,” jelasnya.
Peringatannya ditutup dengan sebuah renungan. Ia mengingatkan agar ayat-ayat Ilahi dibaca dan disikapi dengan sungguh-sungguh. Sebelum bangsa ini kembali terjerumus dalam tragedi yang lebih besar dari sekadar banjir.
Artikel Terkait
Jakarta Kerahkan Ribuan Personel untuk Amankan Perayaan Akhir Tahun
Bisnis Makanan Gratis: Mimpi Anti Rugi atau Hanya Fatamorgana?
Lansia 62 Tahun Cabuli Bocah SD di Toko Miliknya Sendiri
Di Balik Data dan Digitalisasi: Upaya Menyelaraskan Penyaluran Bansos dengan Realita Warga