Memang, tidak ada bangsa yang tumbuh tanpa konflik dan luka. Itu pasti. Yang membedakan adalah kemauan untuk belajar dan memperbaiki diri. Kita sering menginginkan gerbang masa depan terbuka lebar, tapi ogah melewati jalan sempit bernama kejujuran, kesabaran, dan tanggung jawab. Padahal, masa depan yang lebih baik bukan hadiah cuma-cuma. Ia adalah hasil dari pilihan-pilihan sulit yang kita ambil hari ini.
Beban generasi sekarang jelas berbeda. Kita tidak lagi melawan penjajah bersenjata, tapi melawan banjir disinformasi, keserakahan, dan kelelahan moral yang menggerogoti. Makna patriotisme pun harus diredefinisi. Bukan lagi sekadar slogan atau upacara. Tapi keberanian untuk tidak ikut merusak. Untuk menolak menyebar kebencian. Untuk tetap adil meski curang itu mudah. Untuk jujur meski bohong lebih menguntungkan.
Pada akhirnya, religiusitas dan patriotisme itu sejalan. Keduanya bertemu pada satu kata: tanggung jawab. Tanggung jawab pada Tuhan, pada sesama, dan pada generasi yang belum lahir. Negeri ini bukan milik kita mutlak. Ia pinjaman dari sejarah. Dan setiap pinjaman, pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. Jangan menumpuk utang dosa di sana.
Mungkin hidup tak akan pernah mudah. Mungkin masih banyak hal yang harus kita relakan. Tapi satu hal yang harus jadi perjuangan bersama: jangan biarkan bangsa ini rusak oleh tangan kita sendiri. Jika kita bisa menjaga nilai, merawat perbedaan, dan melewati persimpangan sulit dengan nurani bersih, maka gerbang masa depan akan terbuka. Bukan cuma untuk kemajuan, tapi untuk kehidupan yang lebih bermartabat.
Kelak, kita bisa tenang mengatakan: kita memilih yang benar. Meski itu bukan pilihan yang mudah. Dan pesan terakhir: bangsa ini jangan dikhianati, apalagi dirusak, oleh mereka yang rakus.
Tabik.
Artikel Terkait
Foto Viral Ridwan Kamil dan Aura Kasih di Milan, Pengacara Ancam Lapor Polisi
Muzakir Manaf: Sosok yang Membuat Sistem Gerah
Pesawat Jet Libya Jatuh di Ankara, Seluruh Pejabat Militer Senior Tewas
Pengamat Peringatkan: Pemerintah Bisa Dicap Pelindung Perusak Hutan Sumatera