Setelah serangkaian bencana hidrometeorologi melanda, perhatian publik kini tertuju pada peringatan dini. BMKG pun angkat bicara, khususnya soal kemunculan bibit siklon tropis yang kerap jadi biang keladi cuaca ekstrem.
Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, memantau bibit siklon sejak dini sebenarnya bisa dilakukan. Tapi, jangan harap bisa meramalkannya untuk jangka panjang, apalagi sampai hitungan musim. Prediksi jangka panjang itu ranahnya iklim, sementara hidup sebuah siklon tropis relatif singkat.
"Siklon tropis itu cukup pendek, diprediksi dalam waktu sampai sepekan. Namun, sejak pertumbuhannya, dia bisa dideteksi," jelas Guswanto dalam konferensi pers Climate Outlook 2026 di Kemayoran, Selasa lalu.
Ia memaparkan, prosesnya bertahap. Mulai dari munculnya area tekanan rendah, lalu berubah jadi bibit, dan akhirnya matang menjadi siklon tropis. Seluruh fase itu, kata dia, bisa dipantau oleh BMKG.
"Durasi hidupnya tidak lebih dari 10 hari. Jadi, mustahil memprediksinya secara musiman atau tahunan," tegas Guswanto.
Di sisi lain, periodenya juga beda-beda tergantung belahan bumi. Di utara, siklon biasanya aktif antara Juni dan Desember. Sementara di belahan selatan, musimnya bergeser dari November hingga April.
"Ada tumpang tindih di dua bulan, yaitu November dan Desember," ujarnya.
Peringatan Dini yang Lebih 'Nendang'
Sementara itu, di tempat yang sama, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani bicara soal langkah konkret. Belajar dari pengalaman pahit bencana sebelumnya, lembaganya sedang menyiapkan sistem peringatan dini yang lebih matang untuk 2026. Pendekatannya berbasis dampak.
Artikel Terkait
Dwi Aprilia: Dari Asrama Sekolah Rakyat, Mimpi Jadi Dokter Menguat
Candi Kedulan dan Kisah Pilu Situs yang Hampir Hilang dari Ingatan
Din Syamsuddin Soroti Perpol 10/2025: Ini Pembangkangan Konstitusi yang Serius
Bendera Partai di Zona Putih Jakarta Bakal Diamankan Satpol PP