Ucapannya itu, meski disampaikan santai, menyimpan kritik tajam. Di satu sisi, ada semangat membantu sesama yang begitu kuat. Di sisi lain, ada kenyataan infrastruktur transportasi kita yang justru membebani mereka yang ingin berbuat baik.
[Cuplikan unggahan Chiki Fawzi di Threads yang menunjukkan perbandingan harga tiket]
Cerita Chiki ini cuma satu contoh dari masalah yang sudah lama jadi gunung es. Banyak warga yang sebenarnya sudah mengeluhkan hal serupa, meski mungkin tak terdengar. Mereka yang harus bolak-balik antar pulau untuk urusan keluarga atau kerja, misalnya, sering terjepit dengan pilihan yang sama: bayar mahal atau cari cara lain yang lebih njlimet.
[Foto-foto dokumentasi perjalanan atau aktivitas relawan]
Memang, setelah lebaran atau tahun baru, biasanya ada harapan harga tiket akan melandai. Tapi pertanyaannya, kenapa harus menunggu momen tertentu dulu? Kenapa konektivitas antardaerah di dalam negeri sendiri harus jadi barang mewah?
Kisah perjalanan Chiki Fawzi ke Aceh ini, pada akhirnya, lebih dari sekadar laporan perjalanan seorang relawan. Ini adalah cermin dari sebuah persoalan klasik yang masih menunggu solusi yang benar-benar "masuk akal". Bukan hanya untuk para relawan, tapi untuk semua orang.
Artikel Terkait
Aktivis Ini Tanggung Sendiri Biaya Operasional, Dana Donasi Rp7,6 Miliar Langsung ke Korban
Ijazah Jokowi yang Diperiksa, Wakil Gubernur Hellyana yang Jadi Tersangka
Gibran Serukan Persatuan dan Doa untuk Korban Bencana di Perayaan Natal Salatiga
Dewan Pakar BGN Ungkap Pengalaman Kelola Dapur MBG, Kritik Siswa yang Viral Keluhan di Medsos