Bayangkan suasana kantin sekolah yang ramai, tapi penuh dengan aroma masakan rumah. Bukan sekadar jajanan instan, melainkan semangkuk sayur asam yang masih mengepul, lodeh yang baru saja diangkat dari kuali, ditambah telur dadar dan ayam goreng. Tak lupa, potongan semangka segar sebagai penutup. Itu gambaran sederhana tentang kantin sehat yang bisa dinikmati anak-anak setiap jam istirahat.
Namun begitu, gagasan yang tampak masuk akal ini rupanya tidak dipilih oleh pemerintah. Alasannya apa, ya?
Menurut Kalis Mardiasih, jawabannya mungkin terletak pada kepentingan yang sudah mengakar. Ia menyoroti hal ini dalam sebuah diskusi film dokumenter "Tak Ada Makan Siang Gratis" di Yogyakarta, akhir Desember lalu.
"Waktu kita desak agar dapur dikembalikan ke sekolah dan komunitas, mereka nggak mau. Kenapa?" ujarnya.
Artikel Terkait
Pilkada Lewat DPRD: Solusi Hemat atau Ancaman bagi Suara Rakyat?
Wamenkes Ingatkan: Vaksin HPV untuk Anak Kelas 5-6 SD Tetap Gratis
Cinta Sudan dan Luwu Resmi Bersatu di Bawah Rangkaian Adat
TNI Buka Suara Soal Video Helibox yang Dikira Kardus Kosong