Di sebuah bengkel tempe sederhana di Desa Mojorejo, Madiun, aroma khas fermentasi kedelai memenuhi udara. Di sinilah Muhammad Husni, seorang bapak dua anak, menjalani hari-harinya dengan semangat baru. Sejak pertengahan Juli lalu, hidupnya berubah. Ia kini menjadi pemasok tempe untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah peran yang ia jalani dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan.
“Sekarang dalam sehari saya bisa memasok 150 kilogram tempe,” ujar Husni, ditemui akhir pekan lalu. Wajahnya berseri saat menyebut angka itu.
“Kalau diuangkan, ya sekitar satu juta lebih per hari. Alhamdulillah, pembayarannya juga lancar.”
Omzet yang melonjak itu membawa angin segar. Ia tak lagi bekerja sendirian. Beberapa mesin pembantu produksi akhirnya bisa ia datangkan, mempercepat kerja yang dulu mengandalkan tenaga manual. Yang lebih membahagiakan, ia kini bisa memberi pekerjaan kepada beberapa tetangganya. Rasanya, roda perekonomian kecil di lingkungannya mulai berputar.
“Sebagai warga yang kurang mampu, saya senang bisa membantu tetangga sendiri,” katanya dengan nada rendah hati.
Manfaatnya ternyata tak berhenti di situ. Limbah kulit kedelai dari produksinya yang menumpuk, yang dulu mungkin jadi persoalan, kini justru dicari-cari. Para peternak sapi dan kambing di desanya memanfaatkannya untuk pakan ternak.
“Kulit kedelai itu dipakai untuk mengganti konsentrat,” jelas Husni.
“Hasilnya, ternak mereka jadi lebih cepat gemuk.”
Artikel Terkait
Libur Sekolah, Program Makan Bergizi Gratis Tetap Fokus ke Ibu Hamil dan Balita
Di Tengah Reruntuhan, Tawa Anak-anak Menyembuhkan Luka Banjir Aceh Tamiang
Pendiri Lush Beri Sinyal Tegas: Tak Sepolitik Saya? Jangan Beli Produk Kami
Kata Berisik Dewi Perssik untuk Korban Aceh Tuai Badai Kritik